Bagian 3

3.1K 321 20
                                    

Sudah tiga hari Hoseok menolak makan dan hanya minum sedikit. Hal itu membuatnya jatuh sakit. Yonghwa menangis ketika Jungkook akhirnya menceritakan semua yang dialami oleh Hoseok tanpa terkecuali. Jungkook tak sanggup jika terus merahasiakan semua itu dari sang ayah.

"Kenapa tak dari awal kamu memberitahu appa, Jungkook-ah?"

"Mianhae, appa. Waktu kondisi appa juga sedang tidak stabil. Noona juga memintaku untuk merahasiakan ini dari appa. Tapi aku sudah tidak kuat. Noona juga semakin terpuruk. Dia ketakutan setiap saat..." Jungkook menunduk memeluk kaki Yonghwa yang setengah berbaring di ranjangnya. Dia menangis.

"Sekarang Hoseok dimana?"

"Di IGD."

"Bawa appa ke sana..."

Jungkook menurut dan menyiapkan kursi roda untuk Yonghwa. Dia mendorong kursi rodanya dan berjalan cepat menuju IGD. Yonghwa menarik nafas panjang beberapa kali untuk menenangkan diri. Jujur hatinya terpukul mendengar hal buruk tentang putrinya itu. Semakin terpukul lagi ketika ia melihat langsung kondisi Hoseok yang terbaring lemah dengan infus di tangan dan selang oksigen di hidungnya. Dia pun baru sadar kalau Hoseok semakin kurus.

"Hoseokie..." Yonghwa mengusap rambut Hoseok pelan, takut sentuhannya akan menyakiti putri sulungnya itu.

"Appa..." suara Hoseok terdengar parau. Mata gadis itu perlahan terbuka dan langsung menatap ayahnya.

"Appa di sini, sayang..."

Tangisan Hoseok keluar begitu saja. Tangannya berusaha menggapai dan memeluk Yonghwa. Berharap kekuatan dari pria yang sudah merawat dan menyayangi dari bayi itu. Tangisannya terdengar begitu pilu sehingga perawat dan dokter yang mendengarnya pun seolah bisa merasakan kesedihan dan keterpurukan gadis itu.

"Aku takut, appa..." isakannya semakin keras. "Orang itu..... dia terus datang menggangguku. Membuatku ketakutan...!"

Yonghwa balas memeluk Hoseok dengan erat. Ia menangis tanpa suara mendengar ucapan Hoseok. "Appa di sini bersama Hoseok. Ada Jungkook juga. Jadi sekarang Hoseok tenang, ya..."

Hoseok mengangguk dalam pelukan ayahnya itu. Setelah kondisinya semakin tenang, para suster segera memindahkan Hoseok ke ruang rawat inap yang sama dengan Yonghwa. Kebetulan ranjang pasien di samping Yonghwa kosong.

Tak lama setelah Hoseok dipindahkan ke ruang rawat, dokter senior yang menangani Yonghwa datang. Dokter itu sempat kaget melihat Hoseok juga diopname. Dan setelah Yonghwa menceritakan penyebabnya, dokter itu hanya bisa menatap iba dan mengusap rambut Hoseok sayang. Bagaimanapun dia sudah mengenal baik gadis itu.

"Yang sabar, Hoseokie. Saya yakin kamu pasti bisa melawan ketakutanmu. Banyak yang mendukung dan menyayangimu..." ucap sang dokter yang dibalas anggukan lemah oleh Hoseok. Dokter itu juga merapatkan selimut Hoseok agar gadis itu tak kedinginan baru setelah itu memeriksa kondisi Yonghwa.

"Dokter Kim..." panggil Yonghwa.

"Ya?"

"Itu siapa yang dari tadi berdiri di belakang anda?" Yonghwa menatap pemuda di belakang dokter Kim yang dari tadi hanya berdiri diam dan menyimak percakapan mereka.

"Ah, nyaris aku lupa. Ini anakku. Dia juga seorang dokter." Dokter Kim menepuk bahu pemuda itu dan tersenyum lebar. "Tadinya dia kuliah dan bekerja di Amerika sebelum memutuskan pulang dan bekerja di sini. Ini baru hari pertamanya jadi aku mengajaknya berkeliling dulu denganku..."

Yonghwa mengangguk paham. Pemuda itu mengulurkan tangan yang segera disambut olehnya. "Kim Seokjin imnida. Mohon bantuannya." ucapnya kelewat formal. Yonghwa tersenyum geli dan menepuk lengan Seokjin pelan. "Tak perlu sekaku itu. Santai saja, dokter muda."

[NamSeok] ✔️- FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang