Bagian 40

2.3K 245 12
                                    

Namjoon melangkah di koridor lantai teratas rumah sakit hingga menemukan anak tangga yang langsung menuju ke sebuah pintu. Pintu itulah yang langsung mengarah ke atap rumah sakit, tempat Seokjin menunggunya.

Saat Namjoon membuka pintu, hal pertama yang dilihatnya adalah Seokjin yang sedang berdiri bersandar pada pagar pembatas dengan sebuah cup kertas berisi kopi.

"Mau bicara apa?"

Seokjin langsung menoleh saat mendengar suara dan langkah kaki Namjoon. Tanpa Namjoon duga, Seokjin tersenyum menatapnya. Dokter muda itu mengedikkan dagu ke arah bangku kayu kecil yang ada di sana. Menunjuk secangkir kopi yang masih utuh dan mengepul.

"Minum dulu..."

Namjoon memandang Seokjin penuh rasa curiga dan membuat sang dokter terkekeh. "Aku tak menaruh hal yang aneh ke dalam kopimu. Kalau kau tak percaya, biar kuminum dulu..."

Namjoon akhirnya mengambil gelas kopi itu dan meminumnya sedikit. Ia lantas berdiri di samping Seokjin, ikut menatap pemandangan malam dari atas gedung rumah sakit itu.

"Bagaimana hubunganmu dengan Hoseok? Sudah membaik?"

Namjoon melirik Seokjin yang masih setia dengan senyumannya. "Kau ini serius sedang bertanya, atau sedang meledekku?"

Senyum Seokjin hilang dan berganti dengan raut wajah bingung. "Hoseok belum mengatakannya padamu?"

"Mengatakan apa?"

"Tentang pilihannya."

Namjoon menoleh seutuhnya ke arah Seokjin yang kembali menyesap kopinya. "Pilihan apa?"

"Ah... rupanya Hoseok memang belum bilang, ya?"

Namjoon sebenarnya bingung dengan perkataan Seokjin. Ditambah dokter itu seperti sengaja mengulur waktu dengan kalimat yang berbelit.

"Menurutmu, bagaimana perasaan Hoseok padamu?"

"Apa kau masih perlu bertanya tentang itu? Jelas Hoseok membenciku bukan?"

Seokjin mendadak tertawa lebar mendengar jawaban Namjoon. Dan jujur saja, Namjoon agak tersinggung dengan tawa Seokjin itu.

"Dasar bodoh..."

"Apa kau bilang?!"

Seokjin setengah mati berusaha mengerem tawanya. Dia tak takut meski Namjoon menatapnya tajam. "Iya. Kau bodoh. Masa yang begitu saja kau tak sadar?"

"Dari tadi kau sangat bertele-tele, Dr. Kim junior." Namjoon meminum habis kopinya. Dia kesal karena sulit menangkap maksud perkataan Seokjin.

"Kau benar-benar tak sadar kalau perasaan Hoseok padamu sudah mulai berubah?"

Namjoon membelalakkan matanya. Dia menatap Seokjin sangsi. Seokjin lagi-lagi harus berusaha keras meredam tawanya melihat ekspresi Namjoon yang terlihat idiot untuknya.

"Oke kali ini aku serius." Seokjin berdehem beberapa kali dan bisa menghentikan tawa sepenuhnya. Dia menatap Namjoon lurus. "Kemarin malam aku berbicara dengan Hoseok. Seperti yang kau tahu, Namjoon. Kita berdua bersaing untuk mendapatkan Hoseok. Dan Hoseok memberitahu pilihannya padaku. Dia sudah mengatakan semuanya padaku kemarin."

Tanpa sadar Namjoon menjadi gugup sendiri mendengar semua perkataan Seokjin. Yang Namjoon tahu, Hoseok itu membencinya. Bukannya itu berarti Hoseok lebih memilih Seokjin?

"Hoseok memilihmu, Namjoon-ssi."

Namjoon tanpa sadar menjatuhkan cup kopinya yang sudah kosong. Dia tak bisa mempercayai pendengarannya sendiri.

[NamSeok] ✔️- FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang