Bagian 39

2K 249 13
                                    

Hoseok terbangun saat pagi hari dan melihat Namjoon yang sedang duduk di sofa sambil memainkan ponselnya. Pria itu memang datang saat lewat tengah malam, tak lama setelah Seokjin pergi. Saat Hoseok hendak duduk, ia melihat sebuah mantel panjang berwarna krem yang diletakkan di atas selimut dan ikut menyelimutinya.

'Pantas aku tak merasa kedinginan semalam. Rupanya ada mantel ini...' batin Hoseok. Ia melihat inisal nama yang ada di kerah mantel itu.

K S J

Milik Kim Seokjin.

'Lalu semalam Seokjin-ssi pulang tanpa mantelnya? Bagaimana kalau dia kedinginan saat pulang? Dia bisa sakit, kan?'

Jelas Hoseok merasa khawatir. Seokjin sudah menemaninya semalaman, ia buat sakit hati, lalu masih meminjamkan mantelnya untuk Hoseok.

"Sudah bangun?"

Kekhawatiran Hoseok terhenti saat mendengar suara Namjoon. Dilihatnya pria itu tersenyum seraya beranjak mendekat. "Sebentar lagi waktu sarapan. Ingin makan apa? Biar kuminta Wonho membawakannya ke sini."

Hoseok menggeleng. "Tidak perlu. Aku makan makanan rumah sakit saja..."

Baru saja Hoseok selesai bicara, seorang petugas yang biasa mengantarkan makanan masuk ke kamarnya. "Selamat pagi, agassi. Ini sarapan anda hari ini, selamat menikmati..."

Hoseok mengangguk sopan. "Terima kasih..." ucapnya ramah. Matanya melirik satu cup puding tiramisu ukuran sedang di samping gelas susunya. Tidak biasanya menu sarapan di rumah sakit akan dapat puding. Biasanya puding itu untuk menu cemilan di jam sepuluh pagi atau saat sore hari.

"Puding itu dari Dr.Kim junior, agassi..." sahut si petugas seolah bisa membaca pikiran Hoseok. Orang itu membungkuk hormat ke arah Namjoon, yang langsung memasang muka masam saat nama Seokjin disebut secara tak langsung, lalu segera keluar dari kamar Hoseok. Namjoon semakin cemberut lagi saat melihat Hoseok tersenyum manis sembari mengambil cup puding itu lalu meletakkannya di atas nakas. Dia juga sadar kalau mantel yang menjadi selimut kedua Hoseok itu adalah milik sang dokter muda. Namjoon sebal, marah, merasa terdahului, tapi dia tak ingin mengeluarkan emosinya. Namjoon hanya memendamnya dan memilih melampiaskannya nanti saat di rumah. Dia tak ingin membuat Hoseok merasa tak nyaman.

"Tadi Taekwoon samchun sempat ke sini sebentar..."

Hoseok yang baru saja mengambil sendok langsung menatap Namjoon. "Lalu sekarang dimana?"

"Ke kamar rawat imo. Kau tahu? Samchun masih syok karena tinjumu kemarin..." Namjoon terkekeh. "Kami semua tidak menyangka kalau kau punya tenaga sebesar itu."

Hoseok menunduk memperhatikan menu sarapannya. Termenung memikirkan kejadian kemarin.

"Dia... baik-baik saja?"

"Tenanglah..." Namjoon mengusap kepala Hoseok lembut. "Sebagai orang kepercayaan keluarga kami, Taekwoon samchun sudah mengalami luka yang jauh lebih parah dari sekedar tinjuanmu."

Hoseok terkejut dengan sentuhan Namjoon di kepalanya. Gadis itu mendongak menatap pria itu dalam diam. Setelah sekian lama membenci Namjoon, Hoseok akhirnya bisa merasakan nyaman dan aman berada di dekat pria itu.

Sayangnya, Namjoon salah mengartikan keterkejutan Hoseok. Dia menganggap Hoseok merasa tak nyaman dengan perlakuannya. Jadi Namjoon segera menjauhkan tangannya.

"Maaf..."

Hoseok hanya diam memandang Namjoon yang kini berjalan ke arah pintu kamar. Dia tidak tahu harus mengatakan apa. Meskipun Hoseok sudah mengakui perasaannya, tapi dia tidak tahu harus bersikap bagaimana saat ini.

[NamSeok] ✔️- FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang