Bagian 37

2K 242 20
                                    

Hoseok akhirnya dipindahkan ke ruang rawat inap biasa setelah berbicara dengan Seokjin. Dia tak betah berada di ruang HCU yang penuh dengan bunyi berbagai macam alat. Suasananya menakutkan untuk Hoseok. Namjoon tentu saja meminta kamar VIP untuk Hoseok agar gadis itu bisa beristirahat dengan lebih baik.

"Mana Yoonji?" tanya Hoseok seraya menatap Seokjin yang sedang memeriksanya dengan stetoskop. Seorang suster nampak mengecek tensi di lengan kanannya.

"Dia masih tidur di IGD..." jawab Seokjin diiringi senyuman. Dokter muda itu lalu menatap suster yang mengukur tensi Hoseok. "Berapa?"

"Tensinya normal, uisanim. 120/80."

Seokjin mengangguk dan setelah itu sang suster keluar lebih dulu. Meninggalkan Seokjin dan Hoseok berdua. Seokjin menatap Hoseok yang berusaha menyamankan posisi tidurnya. Perutnya yang semakin membesar membuatnya mulai kesulitan.

"Nanti sore Jang uisanim akan datang untuk mengecek kandunganmu. Sekarang istirahatlah..."

Seokjin menyelimuti Hoseok hingga sebatas bahu lalu mengecek infus gadis itu sebelum keluar kamar.

"Seokjin-ssi..."

Langkah Seokjin terhenti saat Hoseok memanggilnya. "Ya?"

"Yoonji.....baik-baik saja, kan?"

"Jangan khawatir. Yoonji hanya sedang tidur sekarang. Setelah bangun nanti aku akan bilang padanya untuk langsung menemuimu..."

Hoseok mengangguk. Bibirnya melengkungkan senyum manis. "Terima kasih..."

Seokjin mendadak salah tingkah sendiri melihat senyuman Hoseok. "Ka-kalau begitu aku keluar dulu."

Seokjin langsung kabur dari bangsal rawat inap menuju ruang prakteknya yang saat ini sedang ditempati ayahnya. Dia sama sekali tak peduli dengan keberadaan Namjoon di depan kamar Hoseok yang kini sedang memandangnya penuh emosi. Namjoon melihat saat Hoseok tersenyum dengan begitu manisnya pada dokter muda itu.

Namjoon iri, tentu saja.

Saat Seokjin masuk, ayahnya sedang memeriksa seorang pasien lelaki paruh baya. Baik Dr.Kim maupun pasiennya sama-sama bingung melihat Seokjin yang nampak berkeringat.

"Kau habis maraton, Seokjin?" ledek Dr.Kim. Pasiennya bahkan sampai tertawa mendengarnya. Seokjin mengibaskan tangannya seraya berusaha mengatur nafas. "Abaikan saja aku..." ucapnya cepat lalu duduk di pojok ruangan. Dia juga melepas snelli yang dipakainya dan menaruhnya di atas wastafel yang kering. Dia hanya duduk diam melihat ayahnya memeriksa pasien dengan sorot mata kosong. Karena kenyataannya, dia tak benar-benar memperhatikan kerjaan sang ayah melainkan sibuk terbayang senyum manis Hoseok tadi.

'Melihatnya tersenyum saja sudah membuatku salah tingkah begini. Astaga...lama-lama senyuman Hoseok tak baik untuk jantungku!' batinnya heboh, berbanding terbalik dengan ekspresi wajah luarnya yang nampak diam dan tenang.

.

.

.

.

.

.

.

Jungkook kini tengah menemani Yoonji di IGD. Gadis berambut pendek sebahu itu masih tertidur dengan selang oksigen masih terpasang di hidung gadis itu. Tangan Jungkook menggenggam jemari Yoonji erat. Ia merasa bersyukur karena tak terjadi sesuatu yang serius pada gadis berkulit putih pucat itu. Dalam hati dia merasa lega karena Seokjin menjaga Yoonji dengan baik saat di dalam lift yang macet itu.

"Jungkook..."

Jungkook menoleh saat mendengar suara Taehyung yang memanggil namanya. Gadis itu menghampirinya dengan sebotol air minum di tangannya. "Istirahatlah dulu..."

[NamSeok] ✔️- FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang