Bagian 23

2K 255 21
                                    

Hoseok berjalan lunglai ke arah rumah Namjoon. Seorang bodyguard baru saja membukakan gerbang untuk Hoseok saat nyonya besar Kim muncul dari arah jalan yang berlawanan. "Hoseokie? Apa kamu sakit? Kamu terlihat lemas sekali..."

Hoseok memaksakan sebuah senyum.  "Tidak, ahjumonim. Saya.....cuma sedang banyak pikiran..."

Jinhee terdiam. Dia sebenarnya ingin mengatakan sesuatu pada Hoseok, tapi melihat kondisi Hoseok yang seperti itu membuatnya menunda pembicaraan.

"Masuk dan istirahatlah. Aku akan buatkan jus apel untukmu..."

Hoseok mengangguk patuh pada ucapan nyonya Kim. Saat dia masuk ke kamar, dilihatnya Namjoon yang sedang duduk di tepi ranjang seperti tengah menunggunya.

"Mau apa?" Hoseok berhenti melangkah dan berdiri di luar kamar. Sorot mata lelahnya berubah tajam saat menatap Namjoon yang berdiri menghadap ke arahnya. "Aku menunggumu pulang."

"Kau khawatir aku kabur?" Hoseok berdecih. "Tenang saja. Aku bukan narapidana nakal yang suka kabur dari penjara."

Namjoon menghela nafas mendengar kalimat sarkas dari Hoseok. "Kau masih menganggap rumah ini sebagai penjara?"

"Menurutmu?"

"Apa aku kurang memberimu kebebasan? Aku tak pernah melarangmu pergi kemanapun, Jung Hoseok."

"Kau pikir dengan membiarkanku pergi kemana saja itu sudah memberiku kebebasan?"

"Lalu kau ingin bebas seperti apa lagi?"

"Terbebas dari bedebah sepertimu."

Jawaban tajam dari Hoseok itu sudah cukup untuk menaikkan amarah Namjoon. Pria itu mengepalkan tangan hingga buku-buku jarinya memutih. Namjoon ingin marah, tapi dia tak ingin melampiaskannya pada Hoseok.

"Kenapa kau tak pernah mau mencoba membuka hatimu untukku sedikit saja?"

Hoseok tertawa dengan nada mengejek. "Membuka hati untuk iblis yang sudah menghancurkan hidupku? Lucu sekali, Kim Namjoon-ssi..."

Hoseok berbalik dan tak jadi masuk ke kamarnya. Dia memilih untuk menemui nyonya Kim di dapur, namun niatnya terhenti saat Namjoon menarik tangannya dan merengkuh tubuhnya ke dalam pelukan yang erat.

"Mau apa lagi?! Lepas––"

"Aku mencintaimu, Hoseok."

Hoseok membeku. Kali ini dirinya tak mendengar pernyataan Namjoon dalam kondisi setengah sadar seperti tempo hari. Ia mendengar secara jelas tiga kata itu di telinganya.

"Aku tahu aku sudah menghancurkan hidupmu. Aku menghancurkan mimpi dan harapanmu karena perbuatanku. Aku memang melakukan cara yang salah untuk membuatmu tetap berada di sisiku. Tapi tak bisakah kau coba membuka hatimu untukku? Aku mencintaimu. Sangat, sangat mencintaimu, Jung Hoseok..."

Tidak ada nada arogan dalam suara itu. Tidak ada aura dingin menyesakkan yang mendominasi. Yang memeluk Hoseok saat ini bukanlah Kim Namjoon si penguasa keturunan mafia nan arogan, tapi hanyalah seorang Kim Namjoon yang mencintai dan ingin mempertahankan rasa cintanya itu pada gadisnya.

"Kumohon, Hoseok. Setidaknya beri aku kesempatan untuk membuktikan perasaanku padamu. Untuk membuktikan.....bahwa aku sungguh-sungguh mencintaimu..."

Hoseok lupa dengan semua kalimat pedas dan sarkas yang hendak dipakainya menyerang Namjoon. Hoseok terdiam kaku mendengar semua kalimat yang terdengar dari pria yang memeluknya ini. Air matanya mengalir tanpa diminta. Tangannya mengepal kencang.

"Brengsek....."

Di depan kamar, Jinhee berdiri mematung dengan segelas jus apel yang dia bawakan untuk Hoseok. Wanita itu mendengar semua ucapan anak sulungnya dan mendecih.

[NamSeok] ✔️- FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang