Bagian 52

2.2K 221 10
                                    

Hai hai hai~

Chapter ini khusus buat Taejoon-Jinhee dulu ya~ biar semua dapet andil dan permasalahannya clear, bersih tanpa noda membandel. Okeh okeh? 😁
Sekalian chapternya Panda panjang²in. Katanya ga pengen cepet end kan~ 😊

Ini bakal double up kok~ udah ga sabar kan pengen baby Chim nongol? /ups/😛

.

.

.

"Di mana Namjoon dan Hoseok?"

Taejoon menghampiri Taekwoon, Hakyeon,  Yonghwa, dan Jinhee yang sedang menggerombol. Empat serangkai dari masa kuliah itu tampak asyik sendiri mengobrolkan banyak hal. Termasuk mengajari Hakyeon cara menggunakan alat-alat teknologi masa kini.

"Sepertinya tadi aku lihat mereka masuk ke dalam villa..." jawab Yonghwa tak yakin. Dari tadi dia sibuk memberitahu fitur apa saja yang ada di smartphone baru milik Hakyeon. Taekwoon sendiri juga sepertinya terlalu fokus dengan sang istri dan tak memperhatikan sekelilingnya.

"Mereka pergi ke halaman belakang."

Taejoon terkejut mendengar Jinhee menjawab pertanyaannya. Ditatapnya wanita tercintanya itu dengan pandangan tak percaya.

"Apa?" sembur Jinhee galak.

Disembur seperti itu, Taejoon justru tersenyum senang. Baginya lebih baik kalau Jinhee bersikap galak daripada bersikap dingin dan cuek padanya.

"Gomawo..."

Taejoon mengusap rambut Jinhee perlahan karena tak ingin merusak tatanan rambut sang istri. Dia lalu berjalan menjauh dan mulai mencari makanan lain yang belum disantap. Taejoon tak menyadari kalau usapannya pada rambut Jinhee cukup berpengaruh dengan perubahan suasana hati wanita itu.

"Jinhee-ya." panggil Hakyeon.

"Ya?"

"Pipimu memerah..."

Terkejut, Jinhee refleks memegangi pipinya. Meskipun begitu dia berusaha mengelak. "Ini hanya warna blush on..."

Hakyeon menaikkan sebelah alisnya. Dia hanya mengiyakan saja, tak berminat berdebat dengan Jinhee yang perasaannya mulai goyah akibat ucapan Hoseok. Matanya melirik Taejoon yang sibuk mengunyah sepotong kue. Di antara para tamu undangan, beberapa di antaranya terdapat wanita pengusaha yang masih single dan menjadi rekan bisnis Taejoon. Mereka bahkan terang-terangan mendekati Taejoon dengan bersikap sok ramah dan hendak memeluknya. Dan Taejoon dengan cepat langsung menghindari kontak fisik yang lebih dari sekedar jabat tangan.

Padahal wanita-wanita itu tampak jauh lebih menarik dan Taejoon tak perlu bersusah payah mendapatkannya seperti mendapatkan Jinhee dulu. Tapi tidak, sedingin, seketus, sebenci apapun Jinhee pada Taejoon, lelaki itu tak pernah berpaling darinya. Selama puluhan tahun Jinhee membenci Taejoon. Tapi selama puluhan tahun itu rasa cinta Taejoon untuk Jinhee justru semakin besar.

"Taejoon appa tetap setia dengan satu wanita, bahkan meskipun wanita itu membencinya sampai mati..."

Jinhee kembali terngiang ucapan Hoseok di kamar rias tadi. Pikirannya berkecamuk.

"Haruskah aku mulai membuka hati untuk Taejoon?" Jinhee bergumam sendiri. Perasaannya gamang.

"Tentu saja harus, nyonya besar."

Rupanya Taekwoon mendengar gumaman sang nyonya besar tadi. Pria itu sudah lama tak memanggil Jinhee dengan sebutan 'nyonya besar' karena Jinhee tak menyukainya.

"Kenapa kau memanggilku 'nyonya besar' lagi?" Jinhee sewot. Taekwoon terkekeh. "Iseng saja. Sudah kuduga kau akan langsung mengomel kalau kupanggil begitu." ucapnya penuh canda. Tapi tak lama Taekwoon kembali tersenyum kalem.

[NamSeok] ✔️- FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang