Bagian 42

2.2K 240 29
                                    

Jungkook kembali ke rumah sakit dan langsung menuju ke kantin saat Yoonji memberitahunya kalau semuanya, kecuali Namjoon dan Taejoon, sedang ada di sana.

Dan benar saja, Yoonji, Hyun, Sooyeon, bahkan Taekwoon dan Yonghwa serta beberapa anak buah Namjoon sedang ada di kantin untuk makan malam yang terlambat.

"Bagaimana Taehyung?" tanya Yoonji begitu Jungkook duduk di sampingnya, tepat berhadapan dengan Sooyeon.

"Sudah tidur, ditemani oleh Jinhee ahjumma..."

Jungkook lalu menatap lurus ke arah Sooyeon yang meminum kopinya dengan tenang. "Saya ingin bicara dengan anda, ahjumonim..."

"Tentang Taehyung?"

Jungkook mengangguk. Yonghwa menatap Jungkook dengan harap-harap cemas. Dia sendiri dari dulu memang takut pada Sooyeon. Taekwoon ikut menatap si bungsu, ingin tahu apa yang akan Jungkook utarakan pada Sooyeon.

"Taehyung...sangat menyukai seni." mulai Jungkook. Sorot matanya tak menunjukkan rasa takut meskipun saat ini dia berhadapan dengan salah satu orang yang paling disegani di keluarga Kim.

Sooyeon menyangga dagu dengan telapak tangan kirinya, menatap Jungkook intens. Dia tertarik melihat betapa beraninya Jungkook. "Lalu kau ingin aku membiarkan dia memilih seni daripada bisnis?"

Jungkook tak menjawab karena dia tahu, pertanyaan yang baru saja terlontar tidak dimaksudkan untuk dijawab. Matanya tetap lurus memandang Sooyeon. Pemuda itu bahkan seolah lupa berkedip. Pandangannya begitu tegas dan penuh keyakinan. Dalam hati, Sooyeon bahkan ragu dia bisa menang jika berdebat dengan Jungkook.

"Dengar, Jungkook. Aku melakukan ini bukan karena aku tak menyayangi Taehyung. Justru karena aku menyayanginya dan ingin masa depannya terjamin makanya aku melakukan ini. Daripada ilmu seni, ilmu bisnis akan lebih menjanjikan di masa depan. Contohnya, lihat saja bagaimana Namjoon memimpin perusahaan saat ini. Ilmu bisnis yang dipelajarinya di masa lalu membawa kesuksesan besar untuk Namjoon saat ini. Aku ingin Taehyung pun seperti itu."

"Tapi anda tak pernah memberinya kebebasan dari kecil. Taehyung mengatakannya padaku. Dia tak bisa menikmati kehidupan masa kecilnya seperti teman-teman sebayanya. Taehyung bahkan kesulitan memiliki teman karena anda mengekangnya. Taehyung ya Taehyung. Namjoon hyung ya Namjoon hyung. Meskipun mereka kakak beradik, bukan berarti mereka adalah satu orang yang sama dan bisa dipukul rata. Kenapa anda harus menekannya seperti itu? Saya minta maaf jika kata-kata saya kelewatan, tapi anda sudah keterlaluan dalam memaksakan kehendak anda, nyonya besar..."

Suasana semakin tegang. Mereka tak berekspektasi kalau Jungkook akan seberani itu menyerang Sooyeon dengan kata-katanya. Mereka bisa melihat dengan jelas bagaimana Sooyeon mulai terpancing karena kalimat yang Jungkook utarakan.

"Aku melakukan semua ini untuk kebaikan Taehyung sendiri, Jungkook."

Jungkook tersenyum miris. Pemuda itu tetap bersikap tenang, berbanding terbalik dengan Sooyeon yang sudah mulai goyah menahan emosinya.

"Baiklah, nyonya besar. Anda menjawab ini demi kebaikan Taehyung. Tapi apa anda sendiri pernah bertanya pada Taehyung?"

Sooyeon mengernyitkan dahi. "Bertanya apa?"

"Apa Taehyung pernah merasa bahagia mengikuti alur masa depannya yang sudah anda tentukan?"

Sooyeon seolah merasa sebuah palu telak menghantam hatinya. Pertanyaan Jungkook berhasil membuatnya terdiam. Dia sudah tak bisa membalas ataupun memberikan jawaban apapun pada remaja yang duduk di hadapannya itu.

"Saya hanya ingin menyampaikan ini, nyonya..." Jungkook berdiri dari kursinya lalu membungkuk hormat ke arah Sooyeon yang masih terdiam kaku. "Saya permisi dulu."

[NamSeok] ✔️- FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang