Bagian 27

2K 260 14
                                    

Hoseok menatap empat orang bodyguard yang berjaga di belakang dan kanan-kirinya. Sepertinya dia masih belum terbiasa pergi kemanapun dengan kawalan. Sudah berminggu-minggu dia dikawal oleh Shownu atau Jooheon secara bergantian setiap pergi menemui Yonghwa dan yang lainnya. Dengan satu bodyguard saja dia risih, apalagi empat orang.

"Apa harus bodyguardnya sebanyak ini?" Hoseok akhirnya menyuarakan rasa tidak nyamannya. Namjoon yang berjalan sedikit di depan Hoseok langsung berhenti dan berbalik menghadap gadis itu. Pemuda itu tersenyum kecil. "Ini hanya sedikit, Hoseok. Biasanya aku atau appa membawa sepuluh orang bodyguard."

Hoseok berdecak kesal. "Ya sudah." sahutnya sebelum berjalan mendahului Namjoon. "Jadi kau mau beli apa untuk ibumu? Cepat putuskan!"

Namjoon mengedikkan bahu. "Aku benar-benar tidak tahu mau memberikan apa untuk eomma, Hoseok-ah. Eomma tidak suka perhiasan, barang-barang branded, ataupun hal mewah lainnya."

Bayangan Jinhee melintas di pikiran Hoseok. Dia baru menyadari, selama ini wanita itu memang tak pernah memakai perhiasan macam-macam kecuali sepasang anting kecil. Itu pun hanya anting pemberian orang tuanya dari saat dia remaja. Pakaian yang dipakainya pun biasa. Jinhee lebih memilih membeli baju-baju diskon dari toko kecil dibanding membeli pakaian yang harga sebuahnya bisa menyaingi harga satu unit mobil.

Hoseok menggaruk kepalanya bingung. "Apa hobi ibumu?"

"Hmm..... Membaca?"

"Kau memberikan jawaban atau justru balik bertanya?"

"Habisnya aku tidak yakin. Tapi aku sering melihat eomma bisa duduk diam berjam-jam hanya untuk membaca."

"Apa yang dibacanya?"

"Komik."

Hoseok memutar bola matanya malas. 'Kalau komik juga aku bisa duduk tenang, semalam suntuk untuk membacanya!' batinnya kesal.

"Ibumu suka komik apa?"

"Komik jepang. Genre apapun masuk sepertinya. Oh, eomma juga sering baca cerita fiksi ringan seperti cerpen atau novel. Selera bacaannya sepertinya tak jauh beda dari anak-anak remaja..."

"Kita ke toko buku."

Lagi-lagi Hoseok berjalan mendahului Namjoon yang tersenyum dalam diam. Mendengar Hoseok mengucapakan kata 'kita' saja sudah membuatnya senang.

.

.

.

.

.

"Hoseok noona pergi dengan kakakmu?!" reaksi Jungkook sama terkejutnya dengan Taehyung pertama kali. Matanya melebar seolah tak percaya.

"Aku juga diberi tahu appa tadi..." Taehyung melirik ayahnya yang masih belum selesai memakan serealnya. "Aku masih tak percaya eonni mau pergi dengan Namjoon oppa..."

"Kau yang adiknya saja tak percaya, bagaimana aku?" Jungkook melepas tasnya lalu duduk di sofa ruang tamu. Dari dalam tasnya, pemuda itu mengeluarkan sebuah tas lagi yang berukuran lebih kecil berisi kamera.

"Terima kasih untuk pinjaman kameramu, Taehyung." Jungkook menyerahkan kameranya pada Taehyung yang langsung menggelengkan kepalanya. "Kameranya kamu pakai saja."

"Lalu kau sendiri?"

"Aku masih ada satu kamera lagi yang biasa kupakai. Kamera itu jarang kupakai makanya kamu simpan saja dulu." ucap Taehyung berbohong.

Selama mereka hunting tempat untuk hobi fotografinya, mereka hanya menggunakan satu kamera kesayangan Taehyung secara bergantian. Biasanya Jungkook hanya memfoto seadanya melalui kamera ponselnya karena tak sanggup membeli kamera. Taehyung melihat kalau Jungkook sangat menyukai kamera itu, bahkan saat gilirannya memotret Jungkook begitu hati-hati menggunakannya. Dari situ, Taehyung meminta Jungkook untuk menyimpan kameranya 'sementara' dengan alasan waktu luang Jungkook lebih banyak jadinya pemuda itu bisa leluasa menggunakan kameranya secara bebas. Yang tidak Jungkook ketahui, Taehyung sebenarnya berniat memberikan kamera itu padanya. Taehyung sengaja berbohong, karena Jungkook pasti tak mau menerimanya secara cuma-cuma.

[NamSeok] ✔️- FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang