Bagian 15

2.4K 312 54
                                    

Wonho dan Taehyung menatap Namjoon yang sedang tersenyum lebar dengan pandangan heran. Sesekali keduanya saling melirik sebelum kembali menatap sulung Kim tersebut. Taehyung bahkan secara gamblang menunjukkan raut wajah jijik saat Namjoon mendadak mencubit pipinya gemas.

"Kau tidak cocok dengan tampang seperti itu, oppa..."

Jika Namjoon yang biasanya, dia akan memelototi atau menatap dingin Taehyung. Tapi kali ini dia bahkan menanggapinya dengan santai dengan senyuman yang tak pernah luntur.

"Wonho, telepon sekretarisku di kantor. Bilang padanya untuk membatalkan semua jadwal meeting hari ini. Aku ingin santai di rumah."

"Baik, bos..."

"Oh, kalau kau ingin ke minimarket, aku titip belikan cokelat. Aku sedang ingin makan cokelat." kata Namjoon sebelum berjalan menuju kamarnya. Taehyung semakin mengerutkan dahi melihat tingkah kakaknya itu. "Sejak kapan oppa suka mengemil? Hidupmu itu kan tak pernah jauh dari makanan mewah, kopi, dan alkohol. Dan sejak kapan juga oppa tertarik dengan cokelat murah dari minimarket?"

Namjoon melirik sang adik masih dengan senyuman, lalu memberinya wink. "Sejak kapan-kapan. Bye~"

Taehyung menggaruk pipinya. Seumur-umur melihat Namjoon selalu bersikap dingin dan kaku, membuatnya syok melihat perubahan kakaknya itu.

"Wonho oppa..."

"Ya?"

"Yang tadi itu benar Namjoon oppa?"

"Aku juga kurang yakin kalau itu benar-benar bos..."

Taehyung dan Wonho lagi-lagi saling melirik. Mereka bingung.

"Sudahlah. Lebih baik kamu berangkat ke sekolah sekarang. Lupakan dulu soal 'kelainan' tuan muda."

Taehyung mengangguk kemudian mengambil ranselnya.

.

.

.

Bukan tanpa alasan Namjoon bersikap out of character seperti itu. Dia masih terbayang obrolannya dengan Hoseok semalam, meskipun topik pembicaraan mereka sedih. Belum lagi saat dirinya memeluk Hoseok dan gadis itu tak menolak. Bahkan Hoseok juga tertidur dalam pelukan Namjoon semalam.

Bukan cuma itu, saat Namjoon terbangun di pagi harinya, seorang maid mengantarkan kopi ke kamarnya dan bilang kalau kopi itu buatan Hoseok. Di depan maidnya, Namjoon hanya menanggapi dengan anggukan dan deheman kecil. Dia bertanya apa maidnya salah sangka dan kopi itu ternyata untuk Taekwoon dan dijawab jika Hoseok memang membuat tiga cangkir kopi. Untuk Taekwoon, Wonho, dan dirinya. Setelah maidnya keluar, Namjoon benar-benar membuang sifat dinginnya. Dia berguling-guling di kasur lalu memeluk bantalnya erat dengan raut wajah bahagia. Sangat berbeda dengan Namjoon yang biasanya.

'Hoseok membuatkan kopi untukku? Aku tidak sedang bermimpi, kan?' Namjoon memandangi cangkir kopinya dengan sorot mata berbinar. Dia mengambil cangkirnya lalu menghirup aroma kopi yang memanjakan indera penciumannya. 'Bahkan kalaupun ternyata dia menaruh racun di kopinya, aku tak keberatan untuk meminumnya!' batinnya lagi sebelum meminum kopinya perlahan. Entah perasaannya saja atau bagaimana, tapi Namjoon merasa kopi buatan Hoseok berbeda dari yang biasa dibuatkan maid. Baginya kopi buatan Hoseok terasa lebih nikmat dan harum.

Setelah menghabiskan kopinya, Namjoon benar-benar merasa moodnya semakin naik. Dia keluar kamar dan memberi pengumuman langsung pada para maid kalau dirinya memberi mereka paket liburan ke tempat yang mereka inginkan. Semua maid, tanpa terkecuali. Dia tak peduli dengan kebingungan semua orang di rumah.

[NamSeok] ✔️- FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang