Bagian 58

2.2K 242 29
                                    

Yoonji mengatakan semuanya pada Namjoon. Dia menceritakan masalah hidupnya, bagaimana kebrengsekan kedua orang tuanya, bagaimana Hoseok dan keluarganya menolong dan melindunginya sebagai keluarga, hingga akhirnya perasaannya pada Jungkook tumbuh dan dia mengira perasaan itu akan bertepuk sebelah tangan.

"Dan saat aku tahu dia juga ternyata menyukaiku, semuanya sudah terlambat. Namaku sudah tergantikan nama Taehyungie di hatinya. Aku memang sebodoh itu..."

"Sampai saat ini kau masih menyukainya?"

Yoonji tersenyum lemah. "Itu sudah tidak penting lagi sekarang."

Namjoon menghela nafas. "Lalu tentang hubunganmu dengan Seokjin hyung. Aku yakin kalian belum mengalami kemajuan apapun. Kau masih terus menghindari pembicaraan apapun perihal kehamilanmu. Dan aku tahu kau tak memiliki perasaan apapun padanya karena hatimu masih tertuju pada Jungkook. Tapi, Yoonji....."

Namjoon menjeda kalimatnya. Dia bingung harus mengatakan hal yang ingin dikatakannya atau tidak. Yoonji yang sedari tadi menunduk akhirnya mengangkat kepala dan menatap pria itu.

"...Seokjin hyung ingin bertanggung jawab padamu. Yang ada di perutmu juga merupakan calon anaknya, Yoonji. Seokjin hyung tidak mau kau menanggung semuanya sendirian."

Yoonji meremat ujung kausnya gelisah. Sorot matanya mulai nampak tidak fokus. Lagi, Namjoon hanya bisa menghela nafas.

"Biar kuberitahu satu hal padamu, Yoonji. Mungkin siapapun, termasuk Seokjin hyung sendiri, masih belum menyadari apapun. Tapi aku bisa mengatakan hal ini dengan pasti."

"Menyadari...apa?"

Namjoon tersenyum lalu berdiri dari kursinya.

"Menyadari kalau Seokjin hyung sudah mulai menyukaimu..."

Mata Yoonji terbuka lebar. Gadis itu menatap Namjoon tak percaya. "Dia tak mungkin menyukaiku. Cinta pertamanya itu Hoseok, dan aku tahu melupakan cinta pertama tidak akan semudah itu. M-mungkin...dia hanya terus merasa kepikiran dengan....kehamilanku?" suara Yoonji semakin memelan di akhir kalimatnya.

Namjoon mengedikkan bahu sambil terus tersenyum. "Kubilang, itu hanyalah hal yang kau yakini sendiri. Kalau kau mau lebih mengamati Seokjin hyung, dia memberikanmu perhatian yang lebih dari sekedar rasa tanggung jawabnya. Saranku, cobalah buka hatimu untuknya, Yoonji." ucap Namjoon bijak. Pria itu menepuk pelan puncak kepala Yoonji sebelum berjalan keluar ruang makan.

"Selamat tidur..."

.

.

.

.

.

.

.

Dr.Kim membuka kotak besar berisi baju hamil untuk Yoonji. Seokjin meletakkannya begitu saja di atas sofa karena bingung harus memberikannya atau tidak. Dokter senior itu menatap anaknya yang sedang merenung di beranda apartemennya.

"Kau sudah membelinya dan sekarang kau ragu mau memberikannya atau tidak? Yang benar saja, Seokjin."

"Aku bingung. Appa tahu sendiri dia menghindari apapun yang berhubungan soal kehamilannya. Bagaimana kalau nanti dia justru marah saat tahu isi kotaknya? Bagaimana kalau dia menghajarku? Bagaimana––"

Plak!

"Aw!"

Dr.Kim rupanya melempar sebuah majalah yang cukup tebal ke arah Seokjin dan tepat mengenai punggung sang anak. "Kau ini mengkhawatirkan reaksinya atau khawatir kena pukul, sih?"

[NamSeok] ✔️- FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang