Bagian 47

2.3K 257 24
                                    

Taekwoon memasuki kamar Hakyeon yang sudah ramai dengan dokter dan perawat. "Apa benar Hakyeon sudah sadar?!" tanyanya tak sabar. Ia juga sedikit sangsi karena Hakyeon masih dalam posisi berbaringnya. Matanya masih terpejam erat.

"Saat nona Im sedang memeriksa infus, tangan Hakyeon-nim menunjukkan pergerakan. Kami sudah melakukan pemeriksaan menyeluruh dan coba memberikan rangsangan dengan penyorotan cahaya ke pupil mata dan tekanan di bagian beberapa bagian tubuh tertentu seperti tangan dan kaki. Dan Hakyeon-nim benar-benar bisa meresponnya." dokter yang memeriksa Hakyeon menjelaskan sambil tersenyum lebar. "Saya yakin sebentar lagi Hakyeon-nim akan membuka matanya."

Taekwoon mendekati ranjang Hakyeon dengan tubuh gemetar. Dia berharap keajaiban itu benar terjadi, bukan hanya sekedar mimpi atau ucapan dokter belaka. Perlahan diraihnya tangan Hakyeon dan digenggamnya dengan lembut. Taekwoon bisa melihat sendiri bagaimana jemari Hakyeon bergerak pelan dan seolah merespon sentuhannya.

"Hakyeon-ah..." Taekwoon mencoba memanggil sambil mendekatkan mulutnya ke telinga Hakyeon, berharap istrinya itu juga akan merespon suaranya.

"Taekwoon-nim. Saat istri anda sadar nanti, saya harap tidak ada sesuatu yang terlalu mengejutkannya. Kondisi tubuhnya terutama otak dan jantungnya masih belum stabil akibat koma dalam jangka waktu lama." sang dokter memperingati. Taekwoon mengangguk paham. Dokter dan para perawat kemudian membungkuk dan pamit karena sudah selesai memeriksa.

Namjoon dan yang lainnya tak ada yang masuk, mereka memilih menunggu di luar dan memperhatikan dari jauh. Mereka tidak ingin mengganggu Taekwoon. Terlebih terlalu banyak orang juga tidak baik dan membuat ruangan menjadi sempit.

Namjoon mendudukkan Hoseok di salah satu bangku panjang, bersebelahan dengan Yoonji dan Jinhee. Namjoon sendiri memilih berjongkok di hadapan Hoseok. Dia bisa melihat betapa Hoseok sangat ingin bertemu ibunya. Namjoon tersenyum lembut seraya mengusap pipi Hoseok. "Sabar dulu, oke? Butuh waktu untuk Taekwoon samchun menceritakan segala sesuatunya agar imo bisa beradaptasi. Imo akan kaget nanti melihat bayinya mendadak sudah jadi wanita dewasa kalau kamu mendadak muncul..."

Hoseok mengangguk. Selama itu untuk kebaikan ibunya, dia akan menurut. Hoseok balas tersenyum manis ke arah Namjoon yang setia mengusap pipinya. Seokjin yang berdiri dan melihat jauh hanya membuang pandangannya ke arah lain. Meskipun bisa bersikap seperti biasa di hadapan Hoseok, Seokjin tak memungkiri masih ada rasa sakit di hatinya. Sebagai cinta pertama, perasaannya pada Hoseok tidak akan pudar semudah itu. Semuanya butuh waktu.

.

.

.

Taekwoon memperhatikan setiap gerakan kecil yang Hakyeon buat. Jari tangan, kelopak mata, hingga pergerakan kecil dari bibir Hakyeon yang masih terhalang masker oksigen.

"Hakyeon-ah..."

Tepat setelah Taekwoon memanggil untuk yang kedua kalinya, kelopak mata Hakyeon perlahan terbuka. Menampilkan iris mata kecokelatan yang selama dua puluh tahun lebih ini tertutup. Masih dengan gerakan perlahan, pupil mata itu mulai bergerak kesana kemari, mencoba melihat situasi di sekitarnya. Saat akhirnya pupil itu menatap Taekwoon yang sedang berusaha menahan tangis sambil mengucapkan 'terima kasih' berulang kali, bibirnya terbuka sedikit dan berusaha mengeluarkan suara yang selama ini tak pernah keluar.

"Taek.....woon...?"

Tangis Taekwoon pecah saat mendengar namanya disebut oleh wanita yang paling dirindukannya itu. Suaranya yang sudah lama tidak Taekwoon dengar membuat lelaki itu menangis bahagia.

"Terima kasih tuhan..." Taekwoon menunduk menempelkan keningnya di tangan Hakyeon yang terus digenggamnya.

"Taek..woon..."

[NamSeok] ✔️- FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang