Bagian 8

2.5K 318 29
                                    

Taehyung dan Namjoon bersyukur ada Taekwoon dan Wonho yang bisa membujuk Hoseok untuk makan selama dua hari ini. Kalau tidak, mungkin Hoseok tak akan mau menyentuh makanan yang dihidangkan para juru masak. Terkadang Taekwoon sendiri yang akan memasak untuk Hoseok meskipun urusan dapur bukan tugasnya. Hanya Taekwoon yang bisa Hoseok percaya di rumah itu. Ditambah Wonho yang sebelumnya menjadi dekat karena selalu berkeliaran di flat Hoseok dan biasa jadi korban amukan Hyungwon yang kesal melihatnya.

Taehyung menemui Namjoon di ruang kerjanya. Dilihatnya sang kakak yang sedang memantau keadaan Hoseok melalui kamera kecil yang diinstall di setiap sudut kamar gadis itu sambil sesekali meneliti berkas pekerjaannya.

"Oppa..." panggilan Taehyung hanya dibalas deheman singkat oleh Namjoon.

"Apa oppa tak bisa melepaskan Hoseok eonni?"

"Kau sudah tahu apa jawabannya, Kim Taehyung." Namjoon mengalihkan pandangan ke arah sang adik. Ia menaikkan sebelah alisnya melihat penampilan Taehyung. "Tumben sekali melihatmu berpenampilan sopan begitu. Mana baju-baju minim yang biasa kau pakai itu?"

Taehyung berdecak kesal mendengar komentar Namjoon. "Sudah kubuang!"

Namjoon tersenyum miring. "Karena Hoseok? Atau karena adiknya itu?"

Wajah Taehyung memerah. Kakaknya itu pasti sudah mencari tahu tentang hubungannya dengan Hoseok dan Jungkook. "Jangan mengungkit urusanku!" bentak Taehyung tanpa sadar. "Oppa harusnya bisa melihat dengan jelas kalau Hoseok eonni membencimu dan tak akan pernah bahagia di sini!"

Namjoon menggebrak mejanya. Dia tak suka mendengar perkataan Taehyung. Dia berdiri dan berjalan mendekati sang adik. "Dengar, bocah. Hoseok milikku dan selamanya akan begitu. Aku bukan orang bodoh yang akan melepaskan takdirku sendiri."

"Bagaimana oppa bisa seyakin itu kalau eonni adalah takdir oppa?!" Taehyung semakin tersulut emosi.

Namjoon tersenyum miring, jarinya menyentil kening Taehyung. "Intuisiku selalu tepat, Kim Taehyung."

Taehyung terdiam. Kali ini dia tak bisa mengelak untuk ketajaman intuisi Namjoon. Selama ini, intuisi itulah salah satu hal yang membantu keberhasilan Namjoon dalam segala aspek. Tapi tetap saja, bagi Taehyung sekuat apapun intuisi sang kakak tentang Hoseok bukan berarti dia bisa seenaknya menahan Hoseok di sini.

Merasa tak bisa membalas kata-kata Namjoon lagi, Taehyung keluar dari ruang kerja kakaknya dengan langkah menyentak. Dia kesal karena tak pernah bisa mendebat Namjoon.

Kali ini Taehyung mengintip ke dalam kamar Hoseok dan melihat gadis itu duduk meringkuk di sudut kamar sambil memegangi foto keluarganya. Tangisan Hoseok terdengar begitu menyayat hati. Taehyung berlari ke kamarnya sendiri dan ikut menangis. Dia merasa tak berguna karena tak bisa membantu Hoseok. Ditambah Hoseok juga membencinya. Dengan mata berair, ia menatap layar ponselnya yang memakai foto Jungkook dan Hoseok sebagai wallpapernya.

"Jungkook... aku harus bilang apa padanya?"

.

.

.

.

.

.

.

Apa yang Jungkook takutkan terjadi. Yonghwa sudah diperbolehkan pulang oleh dokter Kim, dan hal pertama yang ditanyakan sang ayah adalah keberadaan Hoseok. Terlebih sudah empat hari Hoseok tak datang ke rumah sakit. Selama ini Jungkook selalu mengatakan kalau Hoseok sibuk.

"Mana Hoseok, Kook-ah? Yoonji?" tanya Yonghwa lagi. Di belakang pria itu terdapat dokter Kim serta Seokjin yang tadi mengantar sang ayah pulang. Mereka ikut menatap Jungkook dengan pandangan penuh tanya. Keduanya, terutama Seokjin,  juga ingin bertemu Hoseok.

[NamSeok] ✔️- FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang