Gerakan itu membuat pandangan ku teralihkan dengan sendirinya.
☁☁☁
Happy Reading!
Papan skaterboard yang sedang ia gunakan perlahan berjalan dengan lancar sebelum dia memutar arah ke jam lima untuk menghindari kendaraan lalu lintas yang begitu padat pagi ini.
Padahal hari ini adalah hari pertama nya masuk ke sekolah baru setelah pindah beberapa hari yang lalu dari Amerika ke Indonesia.
Keputusan yang sangat berat baginya untuk bisa menerima kenyataan bahwa dia tak akan bisa mengikuti kelas dance seperti biasanya.
Tapi sang Bunda memberikan pengertian kalau di sekolah baru nya juga adalah sekolah musik seperti sebelumnya.
Terdapat banyak jurusan yang akan membuat siapapun ingin masuk ke dalam sana. Namun, tidaklah mudah masuk ke dalam sekolah tersebut yang harus mengandalkan bakat atau minimal ada keinginan untuk bersungguh-sungguh mengikuti jadwal sekolah yang sangat padat.
Langit tentunya sangat mudah bisa masuk ke dalam sekolah tersebut dengan jurusan Dance modern yang telah menjadi bakat sejak lahir.
Diikuti sang adik, Awan yang masuk ke dalam jurusan yang sama hanya saja Awan sudah bersekolah sejak dua hari yang lalu membuatnya harus ke sekolah sendiri menjadi murid baru.
Mereka dilahirkan oleh wanita yang sama. Hanya waktu kelahiran mereka yang berbeda lima menit. Yang membuat Langit harus menjadi sosok kakak.
Matahari pagi di Jakarta membuat Langit harus memakai topi kesayangannya yang selalu menemani hari-hari saat masih di Amerika. Tidak lupa dengan Hoodie yang membalut tubuh indahnya.
Decakan berulang kali Langit lontarkan ke seluruh pengendara mobil yang tak segan-segan ingin menabraknya.
Beda halnya di Amerika, mereka semua akan memberikan celah buat orang-orang yang menggunakan skaterboard, sepatu roda dan sepeda jika berada di jalan besar.
Dan Langit sangat tidak suka harus pindah ke Indonesia dengan penduduk yang sudah membuat harinya semakin memburuk.
Seharusnya tadi dia ikut saja dengan Awan yang menggunakan mobil keluaran terbaru sebagai sogokan orang tua biar mau menuruti permintaan mereka pindah ke negara Asia.
Langit masih sangat ingat kalau Bunda nya itu merayu akan membelikan motor besar kalau dia setuju tapi buktinya hanya Awan yang di belikan.
Mungkin Langit sedang tidak dianggap sebagai anak atau mungkin mereka sedang lupa dengan sogokan yang sudah di tawarkan tempo hari.
Tentu saja Langit tak akan memusingkan hadiah tersebut yang terpenting saat dia membutuhkan hadiah itu harus sudah ada dan Langit tidak mau tahu menahu.
"Gue udah berapa kali nolak jadi anggota kalian!" Langit menghentikan skaterboard nya saat sudah sampai di pintu gerbang sekolah. Akan tetapi matanya langsung menangkap sebuah perdebatan sengit di dekat parkiran depan khusus anak-anak yang membawa sepeda.
"Ayolah Pelangi. Ini kesempatan emas dan semua orang akan setuju kalau lo gabung jadi anggota kita." bujuk seorang cowok yang tubuhnya tidak terlalu jauh dengan Langit. Mata cokelat itu menyiratkan permohonan begitu dalam yang Langit tangkap.
KAMU SEDANG MEMBACA
If I Can't See The Sun √
Teen Fiction[ FOLLOW TERLEBIH DULU SEBELUM MEMBACA ] Squel Bintang.. Kembar identik dengan paras tampan yang sangat menggoda iman para kaum hawa harus pindah sekolah dari salah satu Senior School tersohor di Amerika ke Indonesia hanya untuk mewujudkan mimpi mer...