Wajah bahagia itu mengingatkan kita dengan masa lalu..
☁☁☁
Happy Reading!
Semua orang harap-harap cemas di depan pintu OSIS yang tertutup rapat dikarenakan sedang di adakan audisi pertama hari ini.
Mereka semua menatap pintu besi itu dengan harapan besar setelah keluar akan memberikan kebahagiaan yang belum pernah mereka dapatkan.
"Siapa di antara kita yang pertama kali bakalan masuk ke dalam?" Shivani merapihkan poni sedari tadi untuk menyamarkan rasa gugupnya.
"Kayak nya gue deh," Sofya memperlihatkan nomor peserta yang ia dapatkan tempo hari.
"Sebelum Lo gue," Lamar mengambil nomor Sofya. Lalu, membandingkan dengan miliknya. "Tuh, kan gue dulu yang masuk tapi sebelum gue siapa?"
Langit memakan permen karet dengan mata terpejam. Kedua telinganya tersumpal airPod berwarna hitam. Ia sedang membayangkan gerakan apa saja yang akan ia pakai untuk audisi.
"Sebelum Lo itu gue," Queen mendekat bersama Noah setelah ke kantin sebagai perwakilan membeli Snack dan minuman agar mereka tidak bosan menunggu.
"Habis Lo baru gue," timpal Sina yang kebetulan baru datang juga. "Coba kalian kumpulkan semua nomor. Biar bisa di urutkan siapa yang duluan dan terkahir."
Mereka semua memberikan nomor ke Sina kecuali Langit yang masih asik dengan dunianya. Terbersit di dalam pikiran cowok itu tentang kejadian bersama Pelangi. Kenapa dia bisa mengakui cewek tersebut sebagai pacar? Padahal mereka baru saja kenal.
Yang membuat Langit tak percaya adalah Arka memberikan sedikit kepercayaan kepadanya untuk menjaga Pelangi di sekolah.
Kesempatan itu Langit pakai untuk membuat Pelangi tetap ikut ke dalam audisi. Jika suatu saat nanti Arka akan marah dengan sikapnya dia bisa memutar balikkan dengan mudah.
"Lang punya Lo mana?" Hina menoel bahu Langit agar cowok itu membuka matanya.
"Apa?" Langit perlahan membuka mata dengan malas. Lalu, ia melihat mereka yang menunggu untuk memberikan nomor. "Nih, punya gue setelah Pelangi." Langit memberikan dua nomor dari dalam saku almamater.
Mereka serempak menatap Langit curiga. Kenapa nomor Pelangi ada di Langit? Padahal cewek itu belum kelihatan batang hidungnya.
"Apa?" Langit berusaha tak memperdulikan tatapan mereka yang ingin meminta penjelasan.
Sofya melirik ke sana sini guna mencari keberadaan Pelangi. "Pelangi mana? Dia belum kelihatan dari tadi."
"Dia ada tes piano di aula jurusan nyanyi." jawab Sina yang memang tahu keberadaan Pelangi. Sebelum dia ke ruang OSIS dia lebih dulu mengajak Pelangi yang akan menyusul setelah menyelesaikan tes.
"Emang di jurusan nyanyi itu ngapain aja, sih? Apa nggak sama kayak kita?" Lamar mendekati kursi yang terhalang satu dengan tubuh Noah.
"Banyak hal yang mereka lakukan nggak kayak jurusan dance modern. Mereka itu lebih cenderung di tuntut untuk bisa menggunakan alat musik sebagai modal utama biar bisa menjadi penyanyi terkenal."
KAMU SEDANG MEMBACA
If I Can't See The Sun √
Подростковая литература[ FOLLOW TERLEBIH DULU SEBELUM MEMBACA ] Squel Bintang.. Kembar identik dengan paras tampan yang sangat menggoda iman para kaum hawa harus pindah sekolah dari salah satu Senior School tersohor di Amerika ke Indonesia hanya untuk mewujudkan mimpi mer...