☁️ 44. If I Can't See The Sun

1.2K 83 29
                                    

Merelakan seseorang yang paling kamu cintai tidak semudah seperti membuka mata saat terbangun di pagi hari..

☁️☁️☁️

Happy Reading!


Arfa bergegas pergi ke rumah sakit yang sudah di tunjukan Bailey saat mereka tersambung dalam telfon. Remaja itu mengatakan kalau Bulan saat ini sedang membutuhkan sosok Arfa yang biasa menenangkan Bulan dalam situasi apapun dan tanpa perlu banyak waktu untuk berpikir Arfa langsung memesan tiket ke Bandung agar dia bisa cepat bertemu dengan sang istri.

Melihat kondisi Langit yang sudah kembali seperti semula membuat Arfa bisa bernafas lega. Ternyata anak sulungnya itu hanya terkena tekanan jantung yang mengakibatkan Langit bisa merasakan sesak di bagian dada dan terjatuh pingsan.

Untung Langit tidak terkena serangan jantung yang bisa mengakibatkan Langit tidak akan sadarkan diri lagi.

"Ayah, Langit gak bisa pergi ke Bandung sekarang. Harus ada yang Langit lakukan saat ini," panggil Langit ke Arfa yang sedang sibuk merapikan pakaian mereka berdua ke dalam koper.

Arfa menghentikan pekerjaannya dan membalikkan badannya menghadap Langit yang menatapnya sambil menunggu izin sang Ayah, "Kamu mau melakukan apa Langit? Di sana Bunda lagi membutuhkan kita berdua."

Sepatu skates putih Langit bermain di lantai. Menandakan kalau Langit sedang memikirkan sesuatu hal agar bisa mendapatkan izin. "Langit baru ingat kalau ada remedial nilai dan Langit gak bisa pergi gitu aja Ayah. Setelah remedial selesai Langit akan langsung ke Bandung buat ketemu sama Bunda."

Helaan nafas lelah dari Arfa membuat Langit tidak sabar untuk menunggu, "Baiklah kamu tinggal di sini. Ayah yang akan bilang ke Bunda kamu kalau kamu ada kejar remedial. Lagipula sekolah nomor satu buat kamu sekarang. Biar Ayah yang akan menangani Bunda di sana."

Bibir tipis Langit pun terangkat dengan mata membulat senang, "Terimakasih Ayah! Sekarang Langit akan bantu Ayah untuk bersiap-siap ke Bandung."

Sebelum tangan Langit mengambil alih koper Arfa. Arfa terlebih dulu menggeleng kecil, "Kamu nggak perlu bantu Ayah. Ayah udah selesai. Sebentar lagi Ayah harus berangkat biar gak ketinggalan pesawat. Kamu lebih baik memanasi mobil dan antar Ayah ke bandara."

"Aku panasin mobil Awan dulu. Nanti aku panggil Ayah kalau udah selesai," Langit melangkah keluar dari kamar kedua orang tuanya menuju garasi.

Sedangkan Arfa mendudukkan dirinya di bibir ranjang lalu menggenggam bandul kalung yang sama dengan milik Bulan. "Entah perasaan aku atau bukan kalau aku akan kehilangan kamu Bulan."

Manik cokelatnya menatap luar jendela yang menampilkan pemandangan taman belakang milik mereka yang hampir sama dengan taman pertama kali mereka bertemu pertama kali dulu setelah kepergian Bulan yang meninggalkan nya di bandara.

☁️☁️☁️

Arka melemparkan sebuah dokumen yang ia dapatkan dari salah satu orang suruhannya untuk mencari tahu siapa dalang di balik kecelakaan Awan tempo hari ke hadapan Bintang dan kedua sahabatnya yang sudah berkumpul di sebuah cafe’ hotel tempat mereka menginap.

"Semua informasi tentang kejadian Awan ada di dalam sana. Gue udah baca semuanya selama dalam perjalanan ke sini." Kata Arka, mengambil duduk di dekat Matthew dan meminta pelayan untuk menyiapkan susu hangat.

Bintang mengambil dokumen tersebut setelah memandang Arka sejenak. Membuka satu persatu lembaran dokumen untuk di baca.

"Berhubung Bintang lagi baca ini dokumen gue mau ngasih kabar ke kalian semua," Raja membuka suara mengabaikan aktivitas mereka semua. Harus mengatakan ini ke mereka sebelum semakin kacau nanti. "Pelaku yang udah ngebuat Awan koma itu bukan Noah. Noah cuma di jadikan sebagai kambing hitam agar si pelaku gak ketahuan oleh kita berempat."

If I Can't See The Sun √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang