☁ 43. If I Can't See The Sun

1.1K 98 70
                                    

Musim apa yang kau suka?
Summer atau winter?

☁☁☁

Happy Reading!

Bulan yang baru tersadar dari pingsan. Mengedarkan mata melihat ke sekeliling. Tempat serba putih itu membuat Bulan mengernyit bingung. Kenapa dia bisa berada di sini? Seingatnya Bulan sedang berada di toilet sebelum kesadarannya hilang.

"Lo udah bangun Bulan?" Bulan menoleh ke samping mendapati dua sosok wanita asing berdiri menatapnya. Salah satu wanita itu tersenyum tulus dengan mata berbinar senang.

"Gue Riska, Bulan. Apa Lo gak ingat? Kita pernah kerja di restoran pas masih remaja." ucap Riska semangat. Saat Riska membawa Bulan ke sang dokter ia baru menyadari kalau wanita yang tidak sadarkan diri itu adalah teman lamanya.

"Riska?" Bulan mencoba mengingat nama tersebut di memori nya. Kemudian wajahnya berubah seketika. "Riska yang pernah jadi teman kerja di restoran Rangga?!"

Riska mengangguk semangat. Bibirnya pun terangkat ke atas tanpa tidak bisa di tahan. Ia menghambur memeluk Bulan erat dengan air mata terjatuh.

"Gue benar-benar gak percaya ternyata Lo Bulan," Riska semakin erat memeluk Bulan.

"Apalagi gue, sekian lama kita gak bertemu akhirnya kita bisa ketemu lagi." Bulan mengurai pelukan Riska. Air matanya pun ikut terjatuh. Ini benar-benar tidak bisa Bulan percaya harus bertemu kembali dengan temannya.

"Gimana kabar Lo?" Tanya Bulan ke Riska. Manik birunya melirik ke Ana yang menatapnya sambil tersenyum manis. "Dia siapa Riska?"

Riska menoleh ke Ana yang keberadaan nya hampir di lupakan. "Dia Ana, Bulan. Sepupu gue yang baru aja pindah ke Jakarta setelah lulus kuliah di Yogyakarta."

Senyum milik Ana menular ke Bulan, "Gue Bulan teman lama Riska."

"Gue Ana,"

Bulan kembali memeluk Riska penuh rindu. Ia sangat senang bisa bertemu Riska kembali. Sepertinya Tuhan sedang merencanakan sesuatu sampai mereka harus kembali bertemu di waktu sekarang setelah kepergian Bulan waktu itu.

"Lo jahat nggak ngundang gue ke acara pernikahan Lo," ucap Riska seraya mengelus rambut pirang Bulan lembut.

Bulan mendongak menatap Riska, "Tahu dari mana kalau gue udah nikah?"

Riska menunjuk perut rata Bulan dengan matanya. Memberikan senyuman di buat sebal, "Lo kan lagi hamil. Mana mungkin Lo hamil di luar nikah," Riska terkekeh diikuti Ana yang masih mengamati mereka berdua.

Bulan mengerjap bingung. Satu tangannya menyentuh perut. Ia menatap Riska dan Ana bergantian dengan wajah polos.

"Jangan bilang kalau Lo belum tahu!" Pekik Riska histeris. Menutup sebagian mulutnya agar suaranya tidak terdengar sampai luar.

"Gue emang belum tahu," Bulan meringis tertahan melihat wajah Riska yang berlebihan. Bulan kembali menatap perutnya. Mengelus perut itu dengan perasaan aneh.

"Astaga kenapa bisa?!" Riska kembali memeluk Bulan tapi kali ini tidak seerat sebelumnya. "Mungkin karena Lo terlalu sibuk sampai gak sadar kalau Lo lagi hamil," Riska mengurai pelukan. Menatap Bulan berbinar bahagia.

Bulan mengangguk polos. Ia menatap Ana yang masih tersenyum menatapnya. Bulan masih belum mengerti kenapa perasaannya tidak bahagia saat tahu kalau dia senang mengandung. Apa ini semua karena kehadiran Bintang?

If I Can't See The Sun √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang