Cinta tak akan pernah menjadi sebuah alasan untuk menyakiti seseorang.
☁️☁️☁️
Happy Reading!
Arfa baru saja tiba di sebuah rumah sakit yang sudah lama tidak beroperasi lagi kalau di lihat dari berbagai macam sudut. Bahkan bangunan tersebut sudah terlihat sangat rapuh. Bisa kemungkinan akan hancur sekejap jika melakukan sesuatu hal yang dapat memicu bangunan tersebut ambruk.
Manik coklatnya menelaah kesekitar untuk menghitung berapa banyak orang di sekitar. Seperti dugaan Arfa di jalan kalau tempat tersebut akan di jaga oleh banyak orang.
Tubuh besar tinggi berpakaian serba hitam itu berdiri sangat tegak di setiap sudut untuk menjaga keamanan sekitar.
Namun, salah satu dari mereka mendekati Arfa sebagai perintah dari atasannya.
"Tuan sudah di tunggu di atas. Saya akan menunjukkan jalannya." Kata pria berpakaian serba hitam itu ke Arfa yang masih memperhatikan sekitar.
Arfa menoleh tanpa bicara dikarenakan langsung mengikuti pria berpakaian serba hitam tersebut. Tetapi satu tangannya masuk ke saku celana bahannya. Mendial nomor Rangga untuk mencari bantuan jika ada hal yang tidak di inginkan terjadi.
"Ini ruangannya tuan," pria itu menghentikan langkahnya di depan sebuah ruangan yang tak terawat lagi. Menunduk sejenak lalu meninggalkan Arfa yang belum ingin masuk ke ruangan tersebut.
Arfa masih menunggu panggilan untuk Rangga di angkat agar mereka punya bukti jika kejadian ini di bawa ke pihak berwajib.
Setelah mendengar suara panggilan di angkat bibir Arfa terangkat ke atas dengan tangan membuka pintu itu selebar mungkin. Menghadapi maut yang akan segera dia dapatkan hari ini
☁️☁️☁️
Langit yang baru saja tiba di bandara harus di kejutkan oleh sebuah panggilan telepon dari nomor tidak di kenal. Membuat Langit harus menjauh dari keramaian setelah bertemu Diarra tadi bersama Joalin.
"Hallo, ini siapa?" Tanya Langit, sudah berada di tempat yang tak terlalu banyak orang. Dia juga melihat Diarra dan Joalin mendekati nya.
Suara pria dewasa di ujung telfon sana membuat kening Langit mengerut tak mengerti. "Ini nomor om Rangga yang kedua. Om gak akan banyak ngomong sama kamu. Cukup ikutin alamat yang akan om kirim ke nomor kamu."
Diarra mendekat kan telinganya ke ponsel Langit agar bisa mendengar pembicaraan mereka. Joalin yang melihat itu hanya terdiam memperhatikan. Tidak ingin ikut campur permasalahan mereka.
"Emangnya ada apa om sampai minta Langit untuk pergi ke alamat tersebut?" Langit kembali bertanya tapi kali ini ponselnya di loud speaker agar Diarra bisa mendengarnya dengan jelas.
"Ayah kamu dalam bahaya Langit, dan itu alamat yang akan menunjukan di mana Arfa sekarang berada." Jelas Rangga. Membuka email pribadinya untuk mengirim sebuah dokumen ke salah satu Kaka kelasnya dulu untuk meminta bantuan segera mungkin.
"Ayah?" Langit menatap Diarra heran begitu pula dengan Diarra. Mereka menjadi penasaran sampai tidak sadar kalau Joalin memerhatikan mereka berdua.
"Om gak bisa banyak ngejelasin ke kamu. Karena kita gak punya banyak waktu sekarang atau... Awan dan Ayah kamu gak akan bisa selamat."
Klik.
Langit meremas ponselnya setelah panggilan terputus. Ia berlari tanpa perlu menunggu Diarra atau Joalin untuk mengikutinya, yang terpenting Langit bisa menyelamatkan dua orang paling berharga di dalam kehidupannya tersebut.
![](https://img.wattpad.com/cover/167808027-288-k546509.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
If I Can't See The Sun √
Fiksi Remaja[ FOLLOW TERLEBIH DULU SEBELUM MEMBACA ] Squel Bintang.. Kembar identik dengan paras tampan yang sangat menggoda iman para kaum hawa harus pindah sekolah dari salah satu Senior School tersohor di Amerika ke Indonesia hanya untuk mewujudkan mimpi mer...