Pernah merasakan bibir tersenyum saat hati menangis?
☁️☁️☁️
Happy Reading!
Hari ini adalah tepat tujuh hari di mana paska operasi Bintang waktu itu dan mereka berempat menunggu sang dokter yang sedang membuka perban di sekitar mata Bintang.
Arka yang menyadari rasa khawatir Bulan. Perlahan mendekat, memberikan pelukan kecil agar Bulan tidak terlalu khawatir dengan kondisi Bintang.
"Buka matanya pelan-pelan. Jangan terlalu di paksa kalau belum bisa ngeliat cahaya," kata sang dokter setelah melepaskan semua perban tersebut. Menggeser tubuhnya ke samping agar semua orang yang berada di dalam ruangan itu bisa melihat Bintang dengan jelas.
Bintang perlahan-lahan membuka kelopak matanya. Hal pertama yang Bintang lihat adalah wajah Bulan yang berdiri di dekat Arka.
Cahaya lampu di atas mereka tidak menjadi penghalang bagi Bintang untuk menerima pencahayaan di matanya.
"Bulan...," Bintang berkedip beberapa kali agar pengelihatannya lebih jelas. Ternyata itu memang Bulan. Bulan menepati janjinya untuk menjadi orang pertama yang akan di lihat Bintang saat Bintang sudah bisa melihat kembali.
Arka meminta Bulan untuk mendekat ke Bintang dikarenakan sahabatnya itu menginginkan Bulan menjadi orang pertama yang dilihat seutuhnya.
"Aku di sini Bintang," Bulan tidak bisa menahan diri untuk tidak menangis. Dia sangat bahagia melihat Bintang yang bisa melihat lagi dan rasanya kebahagiaan Bulan saat ini tidak ada tandingannya.
"Aku pikir kamu gak akan ada di sini," Bintang menghapus air mata Bulan yang terjatuh.
"Mana mungkin aku bisa pergi lagi di saat hati aku meminta untuk tetap tinggal," Bulan menghapus sebagian air matanya. Lalu menoleh ke pintu ruangan sebelum berkata, "Mereka mau lihat kondisi kamu Bintang,"
Bintang mengikuti arah mata Bulan ke pintu ruangan yang terbuka sedikit. Menampilkan sosok Langit dan Awan yang perlahan masuk ke ruangan dengan membawa buah-buahan dan sekantong makanan sehat untuk di makan Bintang nanti.
"Mereka...,"
Bulan mengangguk dan memberikan isyarat ke kedua anaknya untuk lebih dekat dengannya, "Mereka adalah Langit dan Awan. Anak aku dan kamu."
Bintang menatap Bulan tidak percaya. Lalu manik matanya melirik ke ketiga sahabatnya yang setia menemaninya. Mereka serempak mengangguk dengan bibir tersenyum.
"Aku Langit, Daddy." Langit memperkenalkan diri ke Bintang.
"Kalau aku Awan," Awan menunduk malu lalu bersembunyi di punggung Langit.
Seperti permintaan Arfa waktu itu mereka akan menerima Bintang sebagai Ayah mereka. Sekalipun itu sangat canggung buat mereka berdua.
Bintang merentangkan tangannya ke arah kedua anak kembarnya. Mengangguk sedikit agar mereka tidak perlu takut denganya.
Awan melirik Bundanya ragu lalu melangkah mendekat ke Bintang lebih dulu dan di susul Langit di belakangnya.
"Coba sekali lagi kalian panggil Daddy," Bintang tidak salah dengar kalau kedua remaja itu memanggilnya dengan sebutan 'Daddy' seperti yang King lakukan saat memanggil Matthew.
"Daddy," ucap mereka serempak. Memeluk Bintang dengan perasaan yang tak bisa di gambarkan. Antara senang dan sedih.
Bintang mencium puncuk kepala mereka bergantian dengan air mata terjatuh. Ini adalah moment yang tak pernah Bintang pikirkan sebelumnya kalau dia akan menjadi Ayah untuk kedua remaja tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
If I Can't See The Sun √
Roman pour Adolescents[ FOLLOW TERLEBIH DULU SEBELUM MEMBACA ] Squel Bintang.. Kembar identik dengan paras tampan yang sangat menggoda iman para kaum hawa harus pindah sekolah dari salah satu Senior School tersohor di Amerika ke Indonesia hanya untuk mewujudkan mimpi mer...