Cahaya lampion tak sebanding dengan cahaya Bintang dan Bulan di atas Langit sana bersama Awan yang selalu setia menemani.
☁☁☁
Happy Reading!
Awan mengayuh sepedanya di sepanjang kompleks untuk berolahraga sore. Kebiasaan yang tak bisa Awan tinggalkan sejak dua tahun yang lalu.
Jika Langit suka bermain basket maka Awan suka bermain sepak bola. Jika Langit suka gym makan Awan lebih suka bermain sepeda.
Mereka kembar bukan berarti hal yang mereka sukai akan sama. Wajah mereka memang sama malah tak bisa di bedakan dengan mudah kecuali sikap mereka yang bertolak belakang.
Lagu dari salah satu band terkenal di Amerika ——— Paramore ——— Still into you ——— menemani sore Awan yang sangat biasa.
Sebelum Awan pergi keluar rumah dia sempat mendapatkan pesan dari Langit yang akan pulang telat karena harus pergi dengan Joalin setelah battle dance mereka di lapangan yang membuat banyak pasang mata menatap mereka berdua.
Dan Awan juga mendapatkan pesan dari Arden kalau pria tersebut sudah bertemu dengan Bulan di taman tempat favorit Bunda nya tersebut.
Gabriel; malam ini kita ngerayain keberhasilan kita di rumah King. Dia mau ngadain pesta makan-makan karena bokap dia yang teraktir.
Awan mendial nomor Gabriel setelah membaca seluruh isi pesan tersebut.
"Jam berapa kita ke rumah King?" Awan menghentikan acara mengayuh sepedanya di pinggir taman. Dia membenarkan earphone yang terpasang di telinga.
Gabriel mengubah posisinya menjadi duduk menyila, "Kayaknya jam tujuh, deh. Coba Lo Line si Bailey atau gak Sabina. Kita ke sana bareng aja biar enak."
"Gue terserah kalian," Awan kembali mengayuh sepedanya perlahan. Angin sejuk menerpa wajahnya yang mengeluarkan keringat.
"Lo jemput gue aja jam enam. Atau terserah Lo juga, sih." Gabriel mengambil bantal berbentuk strawberry lalu memeluknya erat.
"Gue nanti kabarin Lo lagi," Awan mematikan sambungan telepon. Dia kembali memutar lagu yang sempat dia hentikan. Sesekali Awan melirik sekitar dengan bibir bergerak mengikuti alunan lagu.
Saat Awan akan berbelok ke blok sebelah dia melihat sosok pria yang sedang memperhatikan rumahnya dari jarak jauh. Pria tersebut menggunakan kaca mata hitam dengan switer abu-abu dan wajah pria tersebut tak terlihat begitu jelas dikarenakan dia menggunakan masker hitam.
Pria tersebut hanya berdiri menatap rumah tersebut dengan tangan mengepal. Entah hanya perasaan Awan saja atau memang benar kalau warna rambut pria tersebut sangat mirip dengan miliknya.
Awan langsung menggeleng cepat menghilangkan pemikiran tersebut. Daripada dia penasaran dengan sosok tersebut. Awan langsung mengayuh sepedanya ke arah pria tersebut yang tak lepas menatap rumahnya.
Sebelum Awan sampai ke tempat pria tersebut. Pria itu langsung masuk ke dalam mobil tanpa melirik ke sekitar.
Awan terdiam sebentar untuk memperhatikan plat nomor pria tersebut. Setelah mobil itu berbelok blok Awan turun dari sepeda untuk menuntun sepedanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
If I Can't See The Sun √
Teen Fiction[ FOLLOW TERLEBIH DULU SEBELUM MEMBACA ] Squel Bintang.. Kembar identik dengan paras tampan yang sangat menggoda iman para kaum hawa harus pindah sekolah dari salah satu Senior School tersohor di Amerika ke Indonesia hanya untuk mewujudkan mimpi mer...