Hidup itu sebenarnya simple tak serumit yang kamu pikirkan. Cukup jalani tanpa perlu melihat ke sekitar dan jangan dengar apa yang mereka katakan tentang dirimu. Karena pada dasarnya hanya kamu yang jauh lebih tahu siapa kamu sebenarnya..
☁☁☁
Happy Reading!
Sebuah teriakan cukup nyaring terdengar dari ujung koridor asrama putra yang akan di gunakan oleh seluruh kandidat selama sebulan penuh. Membuat seluruh orang yang baru saja menutup mata kembali terjaga.
Berbondong-bondong mereka keluar dari kamar menuju asal suara untuk memastikan apa yang sedang terjadi di sana. Lampu koridor yang sudah mati kini hidup dengan sang penjaga yang berada di antara mereka.
Sosok Lamar yang tergagu kaku melihat seekor anjing tergantung di atasnya dengan banyak besetan pisau di setiap inci kulit anjing tersebut.
Tetesan darah yang berasal dari mata anjing yang sudah tidak ada membuat tubuh Lamar lemas ketakutan.
Awal mulanya Lamar ingin pergi ke ruang studio yang akan mereka gunakan sebagai tempat latihan. Ia ingin berlatih sebentar sebelum tidur mengingat besok adalah hari pertama mereka di didik. Ia tak mau terlibat bodoh di hadapan seluruh kandidat yang lainnya.
Akan tetapi, sebelum kaki nya sampai ke ruangan tersebut. Ia melihat anjing tersebut yang sudah tergantung di atas sana tanpa mata dan banyak darah yang keluar. Sampai lantai pun memiliki genangan yang berasal dari anjing tersebut.
"Lamar?!" Noah berlari mendekati Lamar yang langsung menoleh dan memeluk Noah ketakutan.
"Bu-bukan gue yang bunuh itu anjing!" Rasanya lidah Lamar tak sanggup untuk berucap jika tak di paksakan. Ia hanya ingin Noah percaya kalau bukan dia pelaku nya jika mereka semua menuduh nya nanti.
Mata cokelat Noah melirik ke anjing yang masih tergantung. Ia juga melirik ke sekitar yang sudah di penuhi banyak orang. Untung saja yang berada di sini hanya para cowok. Kalau misalnya ada cewek sudah dipastikan akan menambahkan masalah baru.
"Gue percaya sama Lo Lamar," Noah berusaha menenangkan Lamar yang masih ketakutan.
Tanpa ada perintah lagi Awan menarik sebuah kursi dari ruangan musik yang tak terlalu jauh dari tempat kejadian. Ia berniat akan menurunkan bangkai anjing tersebut agar tak ada lagi yang melihatnya.
"Awan Lo ngapain?!" Bailey menahan kursi yang akan di gunakan Awan. "Jangan gila Awan! Di sana pasti ada sidik jari pelaku dan gue gak mau sidik jari itu kehapus sama sidik jari punya Lo."
Awan yang sedang memakai kaca bacanya menatap Bailey datar. Tak ada jalan pilihan lagi. Jika tetap dibiarkan akan membuat semuanya semakin besar.
"Itu masalah gampang. Yang terpenting kalian semua adalah saksi kalau gue bukan pelakunya," ujar Awan dingin. Menaiki kursi tersebut dengan tangan ke atas guna melepaskan tali yang mengikat keempat kaki anjing tersebut.
Awan tak habis pikir akan ada yang berani melakukan hal demikian. Hanya orang yang memiliki jiwa psychopat yang bisa melakukannya. Tapi siapa?
Ia tak mau menuduh satu persatu orang yang berada di sini dikarenakan Awan tak punya bukti kuat. Ia harus mencari tahu siapa pelakunya sebelum hal seperti ini kembali terjadi.

KAMU SEDANG MEMBACA
If I Can't See The Sun √
Novela Juvenil[ FOLLOW TERLEBIH DULU SEBELUM MEMBACA ] Squel Bintang.. Kembar identik dengan paras tampan yang sangat menggoda iman para kaum hawa harus pindah sekolah dari salah satu Senior School tersohor di Amerika ke Indonesia hanya untuk mewujudkan mimpi mer...