☁ 16. If I Can't See The Sun

1.4K 76 0
                                    

Pengorbanan aku selama ini tak ada artinya.

☁☁☁

Happy Reading!

Langit memainkan bola basket di ujung telunjuknya dengan mata fokus ke bawah. Dia sedang memperhatikan Awan yang lagi latihan sepak bola bersama tim.

Mungkin ini hanya perasaan nya saja kalau Langit sudah tak sedekat dulu dengan Awan. Terlalu banyak jarak yang di buat Langit sehingga mereka harus berada di posisi demikian.

"Lang, lo mau ke kantin gak? Gue mau beli minum nih. Gara-gara kalah taruhan gue harus jadi pembantu mereka," Lamar menepuk bahu Langit pelan. Menunjuk teman-teman ceweknya di belakang yang sedang sibuk stalking akun cogan di Instagram.

"Enggak, gue mau di sini aja," Langit membalik tubuhnya. Menatap kumpulan cewek-cewek tersebut datar.

"Lo lihat Noah gak? Masa gue nggak lihat dia sejak pagi."

"Gua nggak lihat dia. Mungkin dia gak masuk hari ini," Langit jadi teringat kejadian di mana dia sempat adu mulut dengan Noah di kafe. Tempat terakhir kalinya dia melihat Noah.

"Tumben itu bocah nggak kelihatan. Biasanya dia selalu ada di mana-mana kayak hantu," Lamar menoleh ke Sofya yang berjalan menghampiri.

"Kata Queen Lo kenapa masih berdiri di sini? Bel sekolah sebentar lagi masuk dan Lo belum beli apapun,"

Bulu kuduk leher Lamar berdiri sempurna melihat ekspresi wajah Sofya yang sangat tak bersahabat tersebut.

Sofya memajukan kepalanya ke telinga Lamar dan berbisik sarkastik, "Beli sekarang juga atau kelamin Lo di potong jamaah sama kita semua!"

Langit heran melihat Lamar yang berlari terbirit-birit tanpa arah tersebut. Wajah Sofya berubah semerekah mawar saat Langit menatapnya.

"Lo mau gabung sama kita?"

"Enggak, gue harus ketemu sama Pelangi,"

Sofya mengangguk kecil. Melambaikan tangan ke udara melihat Noah yang berjalan di koridor sekolah dari gedung belakang sambil membawa ranselnya.

Terlihat dari pakaian yang di gunakan Noah. Langit tahu, kalau Noah baru saja datang sekolah di jam istirahat.

Dia baru saja membolos atau memang sengaja datang telat?

Tatapan mata kesal masih terpancar di mata Noah saat matanya bertemu dengan milik Langit.

Cowok berambut cokelat tersebut masih memiliki kekesalan tersendiri ke Langit.

"Lo mau bolos apa habis bolos?" Pertanyaan dari Sofya membuat cewek-cewek yang lagi duduk asik menatap objek yang di tanya.

Noah menatap satu persatu temannya tersebut, "Bukan urusan kalian gue baru datang atau baru bolos. Lebih baik urus aja diri masing-masing."

Mereka menatap Noah tak mengerti. Tak biasanya cowok tersebut bersikap demikian ke mereka semua. Karena mereka tahu siapa Noah sebenarnya.

"Loh, kok Lo ngomong dingin gini sama kita?" Hina angkat suara.

"Iya, Lo tiba-tiba dingin ke kita. Apa kita ada salah sama Lo Noah?" Suara Shivani pun ikut keluar. Mereka kaget melihat sikap Noah yang tak biasanya tersebut.

"Ngomong sama kalian, sama aja kayak ngomong sama batu." Noah menatap Langit sekilas. Lalu, kembali berjalan ke kelas berada.

Langit mengejar langkah Noah yang tak sabaran tersebut dari belakang. Dia harus menyadarkan sikap Noah yang sekarang ini seperti anak kecil.

If I Can't See The Sun √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang