☁ 8. If I Can't See The Sun

2.1K 87 9
                                    

Rintikan hujan memberikan kabar kalau dia masih merindukan sosok yang sudah lama hilang.

☁☁☁

Happy Reading!

Pelangi menatap jalanan ibukota pagi ini dengan perasaan gundah. Ia baru saja kena amarah dari Papa nya yang telah mengetahui kalau ia mendaftarkan diri untuk ikut ke ajang pencarian bakat sekolah.

Entah dari mana tahu nya, Ayah Pelangi bisa mengetahui dengan cepat padahal ia sudah menyembunyikan. Sepertinya impian dia ingin menjadi penari terkenal tak akan mungkin bisa di gapai kalau sang Papa tak bisa memberikan izin kepada nya.

"Ambil ini minuman," Langit menghadang jalan Pelangi dari depan sehingga cewek itu berhenti mendadak. Menatap tangan Langit yang terulur memberikan sebotol air mineral. "Gue perhatiin dari gerbang kalau Lo jalan nunduk."

Pelangi mengambil botol air mineral tersebut tanpa ada niatan untuk meminum nya. "Jangan nanya apapun karena gue lagi males buat jawabnya."

Langit mengangguk sekilas. Lalu, menyorongkan sedikit tubuhnya untuk memberikan Pelangi ruang kembali berjalan.

"Hari ini kita ada latihan lagi di rumah gue," Langit mengikuti langkah Pelangi dari samping. "Gue harap Lo bisa datang buat bantu ngajarin mereka semua."

"Gue nggak jadi daftar," balas Pelangi sedikit bergetar. Ia sangat sakit harus mengubur impiannya yang sudah lama ingin menjadi penari terkenal. "Hari ini gue mau ke OSIS buat ngehapus nama gue sebagai peserta audisi."

Langit menghentikan langkahnya sehingga Pelangi melakukan hal sama. Ia menoleh ke Langit yang menatap nya datar.

"Apa alasan Lo sampai harus ngundurin diri?"

Pelangi menghela nafas berat, "Menurut gue itu hal cuma-cuma yang nggak ada manfaatnya sama sekali. Lebih baik gue fokus ke jurusan yang sedang gue ambil bukan malah ikut audisi."

Kalimat yang di ucapkan Pelangi baru saja adalah ucapan Papa nya saat tahu kalau anak semata wayangnya itu ikut audisi yang tak di sukai.

Pelangi sebagai anak hanya bisa mengikuti apa yang diinginkan sang Papa dan dia tak bisa menolak dikarenakan hanya Papa yang masih ia miliki sekarang.

"Lo bilang itu hal cuma-cuma dan nggak ada manfaatnya?" Langit menahan nada bicaranya agar tak menyakiti Pelangi, "Terus maksud Lo apa sampai harus belajar dance dan bisa menjadi Ratu dance di sini? Apa cuma iseng? Itu nggak akan mungkin karena gue bisa lihat dengan jelas kalau Lo itu punya harapan besar di dance."

Pelangi menundukkan kepalanya sebentar. Ucapan Langit memang ada benarnya tapi bukan berarti dia harus melawan sang Papa demi mengejar ambisi dan impiannya.

Akan menjadi anak yang tak tahu diri jika ia egois memikirkan dirinya sendiri.

"Gue harus ke kelas," Pelangi membalikan tubuh dan langsung menaiki undakan tangga. Dia tidak mau mendengar ucapan Langit yang akan menohok hatinya kalau terus tetap berdiri di depan cowok tersebut.

"Ini semua karena bokap Lo, kan?" Langit mencengkeram pergelangan tangan Pelangi sampai cewek itu berhenti melangkah tanpa berbalik. "Gue udah dengar semuanya dari Noah kemarin tentang Lo yang bisa masuk di jurusan singing padahal memiliki bakat dance yang bagus."

If I Can't See The Sun √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang