Keempat pria itu memiliki kepribadian yang berbeda. Tapi, salah satu dari mereka adalah monster berwujud manusia.
☁☁☁
Happy Reading!
Arka menarik nafas dalam-dalam setelah berlari dari pekarangan rumah Matthew yang luas nya hampir satu hektar. Ia mencari keberadaan Matthew dan Raja untuk memastikan kalau isi email itu benar.
Samar-samar suara perdebatan di sebuah ruangan membuat Arka kembali berlari kencang. Ia tak boleh sampai kalah cepat untuk menemui kedua sahabatnya tersebut. Mala petaka ada di depan mereka jika Bintang sudah tiba di Indonesia. Bagaimana pun caranya mereka bertiga harus membuat Bintang tak jadi datang ke Indonesia atau semua orang akan dalam bahaya termasuk mereka.
"Matty!" Arka membuka lebar pintu ruangan kerja pribadi Matthew dengan kedua tangannya. Ia menatap dua sosok sahabatnya itu saling mengunci di atas lantai dengan kepala menghadap nya.
Matty melepaskan kucian di leher Raja. Ia berdiri dengan tangan menepuk-nepuk jas yang digunakan. "Kenapa teriak manggil nama gue?! Ini rumah bukan hutan dan gue bisa dengar suara Lo,"
Arka tak menyahuti ucapan Matthew. Justru ia melangkah lebar ke Matthew dan Raja dengan tangan terkepal sempurna.
Bugh!
Mata hijau Raja membulat ketika Arka melayangkan tinjuan di wajah Matthew tanpa dosa. Malah wajah Arka terlihat sangat marah sampai bulu kuduk Raja merinding melihatnya.
"KENAPA GAK BILANG SAMA GUE KALAU BINTANG MAU KE SINI?!" Arka berteriak sangat keras sampai suara bass pria tersebut menggema di ruangan.
Raja menatap Matthew tak percaya. Sejak pagi dia sudah berada di rumah Matthew tapi pria itu tak menceritakan apapun tentang hal tersebut kepadanya. "Apa benar yang diucapkan Arka itu benar Matty?" Sebisa mungkin Raja mengeluarkan suara pelan agar sahabatnya itu tak tersinggung.
Matthew menyentuh hidungnya yang terasa perih. Arka meninju wajahnya sangat kuat tapi tak mengeluarkan darah dan itu cukup membuat Matthew bisa merasakan sakit. "Kan gue udah kirim email nya semalam. Seharusnya Lo baca pas tahu dapat email dari gue. Bukan malah nyalahin gue!" Matthew membela diri. Ia tak memiliki kesalahan apapun karena sudah memberikan informasi tersebut setelah dia menerima pesan dari Bintang malam itu.
Tangan besar milik Arka mengacak-acak rambut cokelat gelapnya gusar. Ia kesal karena sudah mengabaikan email dari Matthew semalam tapi ia juga marah ke Matthew. Seharusnya Matthew menelponnya saja dan memberitahukannya secara langsung bukan malah mengirim ulang email tersebut ke akun miliknya.
"Apa kalian semua lupa kalau Bintang gak boleh kembali ke Indonesia lagi. Kalau sampai itu terjadi rencana kita buat dapatin Langit bakalan susah," Arka menghempaskan tubuhnya di atas sofa cokelat dekat jendela menghadap taman.
Raja berjalan mendekati Arka yang terlihat sangat frustasi. Sesekali Arka memijit kepalanya yang terasa berdenyut. "Tapi, bukan nya kalau Bintang ada di sini bakalan buat rencana kita lebih mudah? Bintang Ayah kandung dari Langit, Kak. Kita bisa menggunakan Bintang sebagai tameng buat dapatin Langit dengan alasan hak asuh anak."
"Lo emang benar," Arka melirik ke Matthew yang menduduki meja kerja agar menjaga jarak dengan Arka yang kemungkinan akan melampiaskan kekesalan kepadanya. "Tapi Lo juga harus ingat. Kalau ada Bintang, rencana kita yang gak perlu membawa nama pernikahan harus ikut kebawa. Apa Lo pikir Bintang akan diam aja saat tahu Bulan udah menikah dengan Arfa? Tentu nggak! Dia bakalan buat mereka berpisah bagaimana pun caranya."
KAMU SEDANG MEMBACA
If I Can't See The Sun √
Teen Fiction[ FOLLOW TERLEBIH DULU SEBELUM MEMBACA ] Squel Bintang.. Kembar identik dengan paras tampan yang sangat menggoda iman para kaum hawa harus pindah sekolah dari salah satu Senior School tersohor di Amerika ke Indonesia hanya untuk mewujudkan mimpi mer...