☁ 3. If I Can't See The Sun

3.5K 139 5
                                    

Mata itu mengingatkan aku kepada seseorang yang pernah hadir dalam kehidupan ku..

☁☁☁

Happy Reading!

Bailey tersenyum mengejek melihat kedatangan mereka semua yang sudah masuk ke dalam list musuh paling bawah dengan tubuh mencondongkan keangkuhan yang tak pernah ia tunjukkan ke orang-orang.

Ia hanya sering melakukan ini ke orang-orang yang di anggap sebagai orang bawahan yang tak memiliki bakat apapun untuk melawannya dan orang-orang yang berada di sekitarnya.

Orang pertama yang maju dari mereka adalah Lamar cowok berkulit gelap tapi memiliki aksen british berdiri di depan kelompok Bailey yang sudah membuatnya harus menjadi perwakilan.

Mengandalkan Noah tak akan mungkin dikarenakan cowok itu tak akan berani berhadapan dengan Bailey setelah kejadian tempo hari yang begitu memalukan.

"Ternyata kalian juga berani datang ke sini. Gue kira yang bakalan datang cuma Langit," Bailey melirik Langit yang tak berminat untuk melakukan apapun. Dia berada di tengah-tengah kumpulan kelompok nya. Menunggu Sina yang akan datang bersama seseorang.

Lamar berjalan selangkah lagi agar lebih dekat dengan Bailey. Mengangkat dagu nya tinggi biar Bailey tahu kalau dia tidak takut dan tak bisa di tindas begitu saja dengan mudah.

"Kita teman Langit sekarang, apapun yang sedang dia hadapin akan menjadi masalah kita juga nggak peduli harus melawan kalian semua."

Mereka semua tertawa mengejek kecuali Awan yang fokus menatap sang Kakak yang tak acuh. Dia melirik Sina dari arah jam sebelas datang bersama seseorang yang ia lupa nama nya tapi Awan tahu betul kalau orang itu orang ia temui saat berada di ajang pencarian bakat.

"Lo punya nyali juga," Bailey melirik kelompoknya yang berada di belakang. Melemparkan tatapan mengejek untuk Lamar. "Enggak nyangka lo bakalan punya teman kayak mereka Langit."

Langit menoleh malas ke Bailey yang sudah menyebut nama nya. Ini sebenarnya tidak membuat Langit senang harus berhadapan dengan teman-teman lamanya yang memiliki bakat bagus di bandingkan dengan teman-teman barunya yang tak memiliki bakat apapun sepertinya karena Langit juga belum tahu betul.

Saat mereka di suruh kumpul di ruang tari lama yang sudah di jadikan markas tak ada satupun yang datang kecuali Noah.

Langit masih memaklumi nya karena ia yakin mereka semua tidak akan mungkin bisa bolos pelajaran terakhir tidak seperti dirinya yang bisa bolos dengan mudah bersama Noah.

"Kayaknya mereka bukan teman Langit," Sabina maju mendekat. Satu tangannya di tumpukan di atas bahu Bailey. Menatap Langit yang tak berminat dengan mereka semua. Seperti Langit yang dulu. "Tapi mereka adalah anak buah Langit. Kalian semua kan tau kalau Langit itu nggak gampang nganggap orang sebagai teman sebelum melewati masa sulit bersama nya." Sabina melirik teman-teman nya untuk menyetujui ucapannya.

"Kita aja yang udah melewati itu semua nggak di anggap sama dia," Gabriel angkat suara. Mata kecewanya ia tunjukkan ke Langit agar cowok itu bisa peka dengan hati mereka yang terluka. "Apalagi kalian yang baru di kenal sama dia hari ini."

".... cuma di anggap sebagai anak buah lebih mulia nya babu..."

Mereka semua tertawa terbahak-bahak terkecuali Awan yang tiba-tiba merasa sesak di dadanya. Ini adalah perasaan terluka Langit yang tak di ketahui oleh siapapun kecuali dirinya.

If I Can't See The Sun √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang