Rasa sakit sebenarnya adalah ketika kamu menunggu orang yang paling kamu cintai selama bertahun-tahun dengan harapan dia akan mencintaimu juga. Tapi, ternyata tidak.
☁☁☁
Happy Reading!
Delapan belas tahun sebelumnya.
Bulan terbangun dari koma selama dua Minggu setelah kejadian tersebut yang membuatnya harus kehilangan banyak darah.
Orang pertama yang di lihat Bulan adalah Rangga yang sedang duduk di sofa kecil dengan mata terpejam.
Melihat dari wajah Rangga dan penampilannya Bulan bisa menebak kalau Rangga selalu menunggui nya tanpa lelah.
Bulan meringis kesakitan sampai membuat Rangga terbangun dan berlari kecil ke arah nya.
"Bulan akhirnya Lo sadar," Rangga menyentuh wajah Bulan yang meringis menahan sakit di bagian belakang kepala. "Lo jangan banyak bergerak. Sebentar, gue keluar dulu buat nyari dokter biar Lo bisa di periksa."
Rangga meninggalkan Bulan yang masih tetap pada posisinya. Mencari dokter yang menangani Bulan. Rasanya Rangga sangat senang sudah menjadi orang pertama yang melihat Bulan sadar seperti keinginan nya.
"Dok, pasien bernama Bulan udah sadar dari komanya. Tapi, dia kayak menahan rasa sakit di bagian kepala. Coba cek dok, saya takut dia kenapa-kenapa." Rangga masuk ke sebuah ruangan yang sudah ia hafal dikarenakan dia serang bolak-balik ke ruangan tersebut selama Bulan koma demi mencari tahu berita perkembangan Bulan.
"Sebentar saya mau ngambil peralatan terlebih dulu," Dokter mengambil beberapa keperluan nya di dalam laci meja. Lalu, mengikuti langkah Rangga yang tak sabaran di belakang.
Rangga meremas sepuluh jarinya gelisah melihat wajah Bulan yang belum berubah. Sesekali pekikan sakit dari bibir Bulan membuat jantung Rangga terasa ingin copot dari tempatnya.
"Aww! Sakit!" Bulan lagi, lagi berteriak dengan tangan menyentuh kepalanya. Sepertinya hantaman keras dari bus Transjakarta memberikan pengaruh cukup parah. Sekitar tiga puluh jahitan sudah di berikan tim medis saat Bulan pertama kali datang ke rumah sakit dikarenakan kepala bagian belakang Bulan terhantam sangat keras sampai membuat banyak darah yang keluar.
"Bulan bertahanlah. Sebentar lagi dokter akan ngehilangin rasa sakitnya," Rangga menggenggam tangan Bulan erat. Menyalurkan tenaganya agar Bulan bisa kuat.
Bulan menatap Rangga sayu dengan mata sudah basah dikarenakan dia tak bisa menahan rasa sakitnya. Dia melirik dokter yang menyutikan cairan bening di infusan sebelum matanya buram melihat sekitar.
"Bulan akan merasakan sakit ini selama sebulan. Karena luka di bagian belakangnya cukup parah. Kemungkinan Bulan akan selalu berteriak dan menangis setiap kali merasakan nya. Kamu harus selalu berada di sampingnya biar saat rasa sakitnya kambuh kamu bisa langsung menyuntikan cairan ini ke infusan." Jelas dokter, setelah Bulan kembali memejamkan mata untuk istirahat.
Rangga mengambil tissue untuk membersihkan keringat di wajah Bulan. "Apa nggak ada cara lain dok selain menyuntikan cairan tersebut? Karena saya yakin akan ada efek samping yang harus Bulan terima setelahnya."
"Untuk sekarang cuma itu yang bisa saya berikan. Luka di kepala Bulan belum mengering. Kalau misalkan sudah kering saya baru berani memberikan obat-obatan yang lainnya. Saya nggak menyangka kalau Bulan akan kembali sadar setelah melewati masa kritis dan koma. Kalau di lihat dari luka yang dia dapatkan, seharusnya Bulan gak bisa bertahan sampai detik ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
If I Can't See The Sun √
Genç Kurgu[ FOLLOW TERLEBIH DULU SEBELUM MEMBACA ] Squel Bintang.. Kembar identik dengan paras tampan yang sangat menggoda iman para kaum hawa harus pindah sekolah dari salah satu Senior School tersohor di Amerika ke Indonesia hanya untuk mewujudkan mimpi mer...