☁ 34. If I Can't See The Sun

1.2K 68 7
                                    

Rasa takut yang aku rasakan ini adalah kehilangan kamu untuk selamanya..

☁☁☁

Happy Reading!

"Gue sebenarnya hamil Arfa."

Satu detik.

Dua detik.

Tiga detik.

Sampai sepuluh detik berlalu tak ada reaksi apapun dari Arfa. Cowok berusia lima belas tahun itu menatap wajah Bulan dengan tatapan kosong.

Tak selang lama tangan Arfa terjatuh ke bawah dengan pandangan yang langsung di buang. Ia seperti mendengar sesuatu hal yang tak mustahil terjadi jika bukan Bulan sendiri yang bicara.

"Arfa..."

Arfa merasakan berjuta pukulan telak di hatinya. Seribu perisai menancap tepat di atas kepala dan hantaman bara di tubuhnya. Ini sangat menyakitkan bagi Arfa.

Ia berdiri dengan tatapan masih kosong. Menatap langit-langit kamar dengan berjuta perasaan terluka. Lalu tertawa cukup keras sampai membuat Bulan terjengit kaget.

"Ini bukan April moop, kan?" Tawa Arfa semakin keras dengan air mata perlahan keluar. Ia hanya sedang menenangkan hati yang terluka karena kabar tersebut.

Gelengan kepala dari Bulan membuat air mata Arfa semakin jatuh. Dengan sesak Arfa mengambil lampu tidur lalu melemparkan nya ke lantai sampai serpihan kaca acak-acakan di lantai.

Prang!

"ENGGAK MUNGKIN LO HAMIL! GAK MUNGKIN! DAN GAK LUCU BULAN!"

Arfa berteriak sangat keras berbarengan dengan lampu tidur lain yang Arfa kembali lemparkan.

Perasaan Bulan kembali takut melihat reaksi yang di berikan Arfa. Ia sudah menduga Arfa tak akan mungkin bisa mempercayainya tetapi Arfa harus tahu sebelum perutnya membesar nanti.

"Gue nggak bohong Fa," Bulan kembali menggeleng dengan air mata yang begitu sakit. Tangan kanannya menyentuh perut nya yang masih rata agar Arfa bisa mempercayainya. "Di dalam sini ada dua janin kembar. Dokter sendiri yang bilang ke gue, dan ini anak dari Bintang."

"Bi-bintang?!" Kali ini Arfa terkejut untuk kedua kalinya. Kaka kelasnya yang satu itu memang brengsek sudah melakukan hal kotor untuk bisa mendapatkan Bulan.

Bulan mengangguk pelan. Lalu berjalan ke Arfa yang kembali frustasi dengan berita tersebut.

"Gue minta maaf Arfa," Bulan mengulurkan tangannya untuk menenangkan Arfa yang beberapa kali menarik rambut.

"Lo gak salah," justru Arfa menepis tangan Bulan kasar. Sehingga Bulan terdiam melihat mata Arfa yang berubah tak seperti biasanya. "Karena gue yakin cowok brengsek itu udah perkosa Lo! Gak mungkin Lo dengan mudahnya ngasih tubuh Lo ke dia secara cuma-cuma."

Rasanya Bulan ingin membantah ucapan Arfa barusan tetapi Bulan tidak bisa dikarenakan Bintang juga sempat memperkosa nya tepat di hari kematian Raditya setelah kejadian di kemah.

"Gue akan bunuh Bintang sekarang! Cowok kayak dia gak pantes buat hidup di dunia ini setelah apa yang dia perbuat ke Lo," Arfa menghapus air matanya kasar kemudian meninggalkan Bulan di kamar yang hanya bisa terdiam sambil menangis.

Ini di luar kepala Bulan kalau Arfa akan bertindak demikian, dan Bulan tak bisa melakukan hal apapun selain menangis di senderan ranjang. Ia terlalu takut dan terluka untuk mengejar Arfa yang kemungkinan sedang menuju rumah Bintang.

☁☁☁

Arfa menatap tajam rumah sakit swasta di hadapannya dengan penuh dendam. Di dalam sana ada Bintang yang terbaring lemah dikarenakan Kaka kelasnya itu sedang mengalami koma setelah kecelakaan tersebut.

If I Can't See The Sun √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang