☁ 36. If I Can't See The Sun

1.3K 70 10
                                    

Kembalilah jika bisa membuat warna Langit di Angkasa berubah menjadi biru lagi setelah Awan mengubahnya menjadi gelap..

☁☁☁

Happy Reading!

"Eh, cewek pendek yang lagi jalan berhenti sekarang!" Bailey meneriaki Queen yang sedang berjalan menuju ruangan latihan sebelum semuanya berkumpul di aula depan.

Sabina melontarkan matanya malas harus mengikuti Bailey yang berlari kecil menuju Queen. Cewek berdarah Korea itu bukan nya berhenti malah semakin melangkah tanpa memperdulikan teriakan Bailey.

"Dengar gue gak, sih?!" Bailey menyentuh pundak Queen setelah ia berhasil mengejar Queen. Tapi selang beberapa detik setelah tangannya mendarat di bahu Queen. Mata Bailey langsung terbelalak lebar dengan tubuh yang terangkat dan terhempas ke depan.

Bugh!

Queen baru saja menghantam Bailey tanpa dosa ke lantai karena ia terkejut dengan orang yang tiba-tiba menyentuh tangannya. Sikap alami yang biasa Queen lakukan jika kaget.

"Bailey!"

Queen menoleh ke samping sebentar sebelum menutup sebagian mulut dengan tangan. Ia tak sengaja membanting Bailey.

"Lo apa-apaan, sih, ngebanting Bailey ke lantai!" Sembur Sabina setelah membantu Bailey bangun. Ia langsung melangkah mendekati Queen yang masih terkejut dengan refleks nya.

Kepala Queen menggeleng cepat, "Gue nggak sengaja ngebanting... Bailey," kata Queen, di bagian akhir suaranya mengecil. "Suruh siapa dia tiba-tiba megang tangan gue kayak tadi."

"Eh, Lo bukan nya minta maaf malah ngelak!" Sabina mendorong sebelah bahu Queen kasar. Ia paling tak suka jika ada yang menyakiti Bailey karena bagi Sabina, Bailey sudah seperti Kaka nya sendiri.

Mulut Queen menganga sesaat kemudian matanya menajam, "Kok Lo kasar sama gue?! Tadi kan gue bilang gak sengaja."

"Alah itu cuma akal-akalan Lo aja, kan?" Sabina semakin tak suka dengan Queen. Dagunya ia angkat tinggi seolah Queen hanya kotoran kecil yang tak berarti apa-apa.

Queen mendengus ke samping lalu matanya melirik ke Bailey yang sedang menggerakkan punggung nya yang terasa sangat sakit. Tak menyangka Queen punya kekuatan besar sehingga bisa membanting tubuhnya dengan mudah.

"Teman Lo nya yang lemah cuma segitu aja bisa kebanting dengan mudah sama gue," Bailey melotot saat telunjuk Queen terang-terangan kearahnya. "Bahkan sekarang gue meragukan kalau di balik celananya itu dia punya kelamin yang sama dengan anak cowok lainnya."

Tatapan meremehkan dari Queen membuat Sabina geram sendiri. Ia menarik kerah baju yang di gunakan Queen lalu mengangkatnya ke atas. Tubuh mungil milik Queen hanya bisa menyentuh dada Sabina. Sehingga cewek itu lebih leluasa bisa menghakimi Queen.

"Lo berani ngehina Bailey?!" Manik cokelat Sabina semakin menajam tak memperdulikan tatapan Queen yang terlihat ketakutan.

"Lepasin woy! Gue takut ketinggian nih. Ini cewek tapi kekuatan nya kayak babon," Queen mengucapkan kan kalimat itu dengan mata tertutup. Enggan untuk melihat kebawah walaupun sebentar. Ia takut tiba-tiba Sabina menjatuhkannya ke lantai.

Manik cokelat tersebut semakin kesal. Ia bertambah ingin membuat Queen jera agar tak perlu menghina Bailey lagi.

Melihat sikap berlebihan dari Sabina membuat Bailey berdecak sebal. Ia berjalan dengan satu tangan menyentuh punggung nya yang masih terasa sakit.

"Sab, lepasin dia. Kasihan muka dia udah pucat kayak gitu," Bailey menyentuh tangan Sabina. Berusaha sahabatnya itu bisa mendengarkan ucapannya tetapi justru sebaliknya. Sabina menelengkan sebagain kepala ke Bailey dengan wajah datar. Tanda bahaya kalau Sabina sekarang berada di mood tidak baik.

If I Can't See The Sun √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang