Bab 2 (Hukuman)

2.3K 91 0
                                    

'Gue bahkan benci lihat muka dia.'

↪↩

"Eh, eh, ayo ke bawah!"

"Kenapa, sih?"

"Ada apa?"

"Ada yang dihukum Bu Endah!"

"Siapa, sih?"

"10 Perkantoran 1!"

"Hah?!"

"Ada Jono, ya?"

"Cepet!"

"Kok bisa dihukum sekelas?"

"Yes, gak upacara!"

"Wah, gila mereka, ketangkap basah nyontek sekelas."

Koridor depan kelas dipenuhi dengan langkah murid yang terburu-buru ke pinggir lapangan. Bisik-bisik dan obrolan terus terdengar di sepanjang koridor. Seluruh pandangan terfokus pada murid yang berbaris rapi di tengah lapangan dengan kepala tertunduk.

"ANGKAT KEPALA KALIAN!" bentak Bu Endah pada murid yang menundukkan kepalanya.

Murid yang berada di lapangan langsung mengangkat kepala dengan cepat. Seluruh siswa yang menyaksikan ikut tersentak dengan bentakan Bu Endah.

Di dalam kelas yang sepi, Della duduk diam di tempatnya. Kedua telinganya sudah tak tergantung earphone, lengannya meremas novel di tangannya. Ingin rasanya ia melangkah keluar, namun di sana terlalu banyak orang dan membuat nyalinya ciut. Meski di dalam kelas kosong, dirinya masih tetap tak dapat bergerak bebas. Seakan ada jeruji besi yang mengujut dirinya.

Drap... Drap... Drap...

Suara derap langkah seseorang terdengar mendekati kelas Della. Della diam menunduk, rasanya atmosfer di dekatnya semakin memanas dan membuatnya menciut.

Lelaki dengan kacamata berbingkai masuk ke dalam kelas dengan pelan. Ketika melihat Della, lelaki itu berkata, "Hai." Lalu melangkah menuju kursinya di pojok belakang.

Della sedikit menegakkan kepalanya dan melirik lelaki yang melewatinya, "Ha-hai."

"Lo gak keluar?" tanya lelaki itu sambil menutup tasnya dan berjalan mendekati Della.

"Tidak." Suara Della mengecil ketika merasakan lelaki itu ada di sampingnya.

Lelaki itu tercengang sesaat, lalu berkata, "Kalau bosen keluar aja, daripada sendiri di sini."

"I-iya, terima kasih." Della semakin  menunduk mendengar ucapan lelaki itu. Dirinya membeku hingga terdengar derap langkah yang menjauh darinya. Ketika dilihat lelaki itu pergi, barulah ia dapat bernapas bebas.

'Hampir saja.'

Lelaki tadi adalah Heri Ardiansyah. Heri termasuk lelaki pintar di kelasnya, terutama dalam pelajaran Bahasa Inggris. Sebenarnya Della sangat ingin berteman dengan Heri, namun rasanya pasti sangat canggung dan menegangkan. Baginya, berteman dengan seseorang sangat sulit, karna sejak TK pun, tidak ada yang mau berteman dengannya.

Di luar sana, suasana semakin memanas. Matahari mulai muncul dan menyorotkan sinarnya pada lapangan. Murid di tengah lapangan telah tersorot wajahnya oleh matahari. Guru-guru yang baru datang berkumpul di lapangan, meminta penjelasan dari Bu Endah.

"Mereka keterlaluan! Seharusnya hukumannya lebih parah dari ini, Pak! Tapi saya masih punya hati, saya juga memikirkan mereka kalau hukumannya lebih berat dari ini!" adu Bu Endah pada beberapa guru yang ada di hadapannya.

Geeky Girl [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang