'Kalau tahu kamu seindah ini, aku tak akan membagimu pada orang lain.'
↪↩
Jessica bersenandung ria sebari melangkah ke luar sekolah. Hari sudah siang, saat ini dirinya harus pergi ke rumah Tante Putri. Menghabiskan waktu di rumah orang lain lebih menyenangkan dibanding rumah sendiri.
Namun, kebahagiaannya berlangsung sebentar. Langkahnya terhenti di depan gerbang sekolah, menatap seorang lelaki dengan kemeja biru muda tepat menghadapnya. Lengannya mengepal dengan pandangan takut.
'Seharusnya gue jangan pulang.'
"Kemana aja kamu?" tanya lelaki yang tak lain adalah Azhar, Papa Jessica dan Jono. Matanya menyorotkan kemarahan.
"Ngapain ke sini? Udah ingat anak?" sindir Jessica sinis. Dirinya masih membenci lelaki itu sampai sekarang.
Azhar menghela napasnya panjang, lalu menghampiri Jessica dan menarik lengan gadis itu.
"Pa! Lepas!" teriak Jessica sebari meronta-ronta, "Jes gak mau pulang! Lepas!"
Wajah Azhar memerah, ditahan seribu kemarahan dalam benaknya, lalu menatap Jessica, "Papa mau bicara sebentar, habis bicara terserah kamu."
Jessica terdiam, wajahnya pucat ketakutan. Pada akhirnya ia masuk ke dalam mobil mewah milik lelaki di depannya. Tubuhnya bergetar, masih merasakan tarikan kencang Papanya. Di dalam mobil pun Jessica tak berbicara, hanya menatap keluar jendela sambil menahan tangis.
'Abang, tolongin Jes.'
"Tinggal di mana?" tanya Azhar pelan. Ekspresinya telah kembali tenang saat ini.
Lengang sebentar, kemudian Jessica menjawab, "Rumah Ibu kos."
"Uang kamu cukup?"
Kepala Jessica langsung tertoleh, "Pa, apa gak ada hal yang lebih penting dari uang?"
"Papa takut kamu kekurangan biaya."
"Aku berkecukupan, Pa, tapi aku bahagia sekarang," tekan Jessica yakin.
"Gimana kabar Jono?" Wajah Azhar terlihat sedih. Matanya memandang ke luar jendela.
"Baik."
"Papa mau ngobrol sama kalian berdua, cuma sebentar. Apa bisa?"
Jessica diam, rasanya ia ingin melompat dari mobil namun tak mungkin. Meski hanya bertiga dengan sopir, dirinya merasa sesak tanpa sebab.
Dulu tak seperti ini. Mereka orang yang sama, namun keadaan yang berbeda.
↪↩
Jono menyamakan langkah dengan Della di sampingnya. Lengan mereka bertautan, keduanya berjalan di rerumputan taman. Langit mulai memerah, tanda matahari akan tenggelam untuk waktu yang lama. Mereka menikmati waktu berdua setelah pulang sekolah. Bahkan seragam masih melekat di tubuh mereka.
"Sunset di sini indah, ya," puji Della pada langit kemerahan. Sebelah tangannya terangkat, seperti ingin menggapai sunset.
"Kalau gue bisa ambil sunset, udah gue kasih dari dulu, Yu," gurau Jono sebari mengelus kepala Della. Saat ini ia sangat senang mengelus rambut halus wanita itu.
"Kalau sunset bisa diambil, gue bakal ambil lebih dulu daripada lo," balas Della dengan tawa khasnya. Ia menatap Jono, "Ada sesuatu yang belum gue kasih sama lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Geeky Girl [TAMAT]
Fiksi RemajaDella, seorang gadis culun yang tak pernah berani mengangkat kepalanya, tiba-tiba harus mengangkat kepalanya dan memberanikan diri menatap dunia luar. Orang-orang yang bahkan tak pernah ia bayangkan, dapat hadir di hidupnya. Sahabat, teman dekat, b...