'Kalau gue benci lihat dia, senggaknya gue gak benci diri sendiri.'
↪↩
Dua tahun yang lalu...
Jakarta begitu panas diterpa teriknya mentari. Manusia lalu lalang dengan cepat di jalanan, mencari tempat untuk berteduh sebentar. Ini bukan hujan, namun efeknya lebih daripada hujan.
Jessica dengan rambut pendek dan berponi, tersenyum lebar pada mamanya. Usianya telah menginjak 13 tahun dan di tahun ini ia resmi memasuki SMP. Ia berlarian di halaman rumah tanpa merasa kepanasan, "Mama, come on!"
Wanita dengan paras Eropa tersenyum, ia bersemangat mengejar anaknya. Meski panas, dirinya tetap mengabulkan keinginan gadis tercintanya, "Jessica, jangan cepat-cepat, nanti jatuh!"
"Ahahahahah!" Jessica menghentikan larinya, lalu memeluk mamanya, "Mama, i want something."
Wanita itu tersenyum, "What?"
"Hmmm." Jessica menaruh telunjuknya di depan dagu sebari berpikir, "Ice cream."
"Mau sekarang?"
Jessica mengangguk kuat, lalu mencium pipi mamanya, "Thank you, Mama!"
Wanita itu mengelus kepala Jessica, lalu berjalan keluar dari halaman rumah. Sebenarnya warung di sana tidak terlalu jauh, namun ada jalanan yang lebar tanpa jembatan penyebrangan.
Di sebrang sana, ada Jono yang berusia 14 tahun dengan pakaian SMP-nya. Lelaki itu baru saja pulang sekolah. Ia melihat mamanya hendak menyebrang, sepertinya tak melihat dirinya.
"Mama, ice cream chocolate!" Jessica berteriak di depan gerbang dengan girang. Mamanya tersenyum dan memberikan acungan jempol.
Kini Jono mengerti mengapa mamanya akan menyebrang. Ia hanya memperhatikan dari sebrang, karena jalanan sedikit ramai kendaraan.
Wanita itu menyebrang, namun tanpa tahu sebuah sepeda motor melaju dengan kecepatan tinggi.
"AAAAAAA!"
Ciiiiit.
Duagh.
"MAMAAAAA!"
Suasana langsung mencekam, wanita itu tertabrak, banyak darah yang mengalir dari area kepala dan punggung. Jessica berlarian, memeluk mamanya yang tak sadarkan diri. Warga di sekitar menghampiri mereka, menolong wanita dengan paras Eropa yang dilanda bencana.
"MAMAAA! Don't leave please, Ma! MAMA! Wake up, Ma! MAMA!" Jeritan Jessica terdengar hingga sebrang jalan. Gadis itu memeluk mamanya yang dibalut darah dengan erat. Air mata menetes dari kedua matanya, meminta bantuan pada orang lain, "Help please! Help!"
Jono masih saja terdiam, tak percaya dengan apa yang baru saja ia saksikan. Perlahan kakinya melangkah, mendekati mamanya. Ketika kepalanya menunduk, dilihatnya aliran darah yang dipijaknya. Napasnya sesak, seperti ada sesuatu yang terluka di dalam sana dan sulit diungkapkan. Ia menatap nanar pada pemandangan di hadapannya. Itu adalah kali pertama, ia merasakan keterpurukan yang teramat dalam hidupnya.
↪↩
Sehari setelah kematian mamanya, Jono menjadi pendiam. Ia lebih banyak menghabiskan waktu di kamar, merenung dan membayangkan kebahagiaan masa lalu. Di balik jendela kamar, kolam renang rumahnya terlihat mati. Biasanya ada ia dan mamanya yang berenang di sana. Ketika ia tak bisa berenang, mamanya yang mengajarinya. Bahkan, ketika ia kesulitan, mamanya akan membantunya dengan senang hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Geeky Girl [TAMAT]
Teen FictionDella, seorang gadis culun yang tak pernah berani mengangkat kepalanya, tiba-tiba harus mengangkat kepalanya dan memberanikan diri menatap dunia luar. Orang-orang yang bahkan tak pernah ia bayangkan, dapat hadir di hidupnya. Sahabat, teman dekat, b...