'Jangan nangis. Wanita harus kuat. Kejar cita-cita kamu, cari jalan hidup sendiri. Kalau sekarang kamu menderita, setidaknya nanti kamu bahagia.'
↪↩
Kelompok Heri sampai di apartemen Rio sore hari. Mereka langsung pergi ke sana sepulang sekolah untuk menghemat waktu. Jangka pengumpulan laporan tinggal beberapa hari lagi dan mereka bahkan belum menyiapkan materi untuk presentasi. Benar-benar harus dikerjakan dengan serius, karna salah sedikit saja, akan menyebabkan nilai minus pada kelompok mereka.
"Lo tinggal sendiri?" tanya Melly dengan mata menyelidik seluruh ruangan. Apartemen itu sangat sederhana. Dapur menyatu dengan ruang tengah, satu kamar mandi, satu kamar, serta balkon yang cukup untuk beberapa orang. Selain itu, tempatnya sangat bersih dan wangi. Berbeda dari ekspetasinya. Ia kira apartemen Rio akan berantakan, namun ternyata kebalikannya. Sangat bersih dan terawat.
"Hm," balas Rio singkat, "Mau minum apa?"
"Apa aja yang cepat," sahut Melly. Ia duduk di karpet berbulu dan menaruh laptop di atas meja depannya.
Della duduk di samping Melly dengan kaku. Ia hanya tersenyum kecil ketika Melly memandangnya.
Rio datang membawakan dua jus mangga dan dua cola. Lelaki itu memang suka menyimpan jus, karna baik untuk kesehatan.
"Kok nggak jus semua?" Melly memandang bingung Rio.
"Gue sama dia lebih suka cola." Rio melirik Heri di sebrangnya. Heri mengangguk-angguk dengan senyuman kecil.
'Ego gue terlalu besar.'
"Ayo, mulai buat laporannya," ajak Heri sebari membuka laptop.
Melly dan Della mengeluarkan buku-buku yang mereka pinjam dari perpustakaan, serta buku dan bolpoint untuk mencatat bagian penting nantinya. Rio mengambil tabletnya, lalu mulai mencari materi dari google. Sebuah referensi tidak bisa melulu dari buku. Harus ada sebuah kreatifitas dari sumber lain.
Mereka serius mengerjakan, meski sesekali terdapat perbedaan, mereka dapat menanganinya. Terlihat lancar, namun terkadang ada permasalahan dalam pekerjaannya.
↪↩
"Tante Putri, aku bosan!" keluh Jessica sebari menjatuhkan kepalanya ke meja depannya. Sejak tadi Putri sibuk memasak dan membersihkan rumah, dirinya jadi menyibukkan diri dengan membaca salah satu novel Della. Gadis itu melihat sebuah novel di meja ruang tamu, jadi ia iseng membacanya. Namun, lama-kelamaan bacaan itu membuatnya pusing dan bosan.
"Kamu bantun Tante sini, masak makan malam, sekalian latihan buat masa depan," ucap Putri sebari memotong bawang merah.
Jessica bangkit dan melangkah cepat mengampiri Tante Putri. Ia memeluk wanita kepala tiga itu, "Tante, cuma Tante yang bisa buat aku nyaman, hehe!"
Putri tertawa pelan, "Emang Mama kamu gak buat kamu nyaman?"
Jessica menggeleng, "Bukan gak nyaman, Tan, tapi aku gak enak. Mama sering nangis gara-gara Papa, jadi aku ngerasa bersalah."
"Kenapa ngerasa bersalah?" Putri membiarkan Jessica memeluk bahunya. Rasanya begitu hangat. Andai saja Della yang memeluknya, ia pasti sangat bahagia saat ini.
"Dulu sebelum mereka nikah, Papa pernah minta pendapat aku. Aku setuju mereka nikah karna Mama baik, tapi, habis itu Papa jarang di rumah, jadi Mama nangis terus. Aku sering kasar sama Mama. Akhirnya hubungan kita gak dekat."
Putri terdiam sebentar, "Papa kamu punya istri dua?"
"Iya. Tapi, Mama kandung aku udah gak ada, Tan. Jadi, Papa nikah lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Geeky Girl [TAMAT]
Teen FictionDella, seorang gadis culun yang tak pernah berani mengangkat kepalanya, tiba-tiba harus mengangkat kepalanya dan memberanikan diri menatap dunia luar. Orang-orang yang bahkan tak pernah ia bayangkan, dapat hadir di hidupnya. Sahabat, teman dekat, b...