'Aku dan Jono belum punya kenangan tentang hujan. Kira-kira, kenangan kita nanti seperti apa, ya?'
↪↩
Tahun ajaran baru bagi mahasiswa mulai datang. Banyak mahasiswa baru dengan name tag di leher berkeliling kampus.
Della menghela napasnya sebentar di depan gerbang kampus, rasanya bagai mimpi dapat masuk ke Universitas impiannya, terutama di Jurusan sesuai kemampuannya.
"Ayo, Dek, acaranya mau mulai," ucap salah satu panitia Ospek pada Della.
"Eh, iya, Kak." Buru-buru Della melangkah masuk dan bergabung dalam barisan mahasiswa baru. Sekelilingnya orang asing, tak ada yang dikenalnya di Universitas ini.
"Eh, lo model di mall xxx 'kan?" tanya seorang mahasiswa baru di samping Della. Dari name tag, namanya adalah Fikri.
"Eh, iya," balas Della kaku.
"Gue Fikri, salam kenal, ya." Fikri mengulurkan tangannya ramah.
Senang hati Della menyambutnya, "Gue Della."
"Wah, ternyata lo lebih cantik dibanding di majalah!" puji Fikri takjub. Wajah Della begitu mulus hingga membuatnya terpesona.
"Makasih." Kepala Della kembali lurus ke depan. Rasanya janggal mendengar pujian dari lelaki yang baru bertemu dengannya.
Acara ospek berlangsung seharian, kegiatan mulai berjalan, dari pengenalan awal hingga materi-materi yang diberikan. Jam istirahat, para Maba diperbolehkan makan di kantin ataupun di taman, asalkan tidak keluar dari area kampus.
Della berjalan menuju kantin bersama Fikri, sejak tadi lelaki itu terus mengikutinya, bahkan saat Della izin ke toilet, Fikri ikut ke toilet lelaki dengan alibi mencuci muka. Ketika akan makan di kantin, Fikri berkata tak membawa bekal, makanya meminta untuk makan bersama.
"Lo mau makan apa?" tanya Fikri pada Della.
Pandangan Della menyusuri jejeran pedagang di samping kampus, banyak mahasiswa baru yang juga makan di sana. Lantas matanya tertuju pada kedai bakso, di sana tidak terlalu banyak orang yang datang.
"Mau bakso?" Fikri bertanya lagi.
"Boleh," balas Della pelan. Sebenarnya ia sedikit tak nyaman dengan Fikri yang terus menempel, namun rasanya tak sopan jika bersikap jelek pada teman barunya.
Keduanya berjalan mendekati kedai bakso dan duduk di sana.
"Bu, baksonya bening, ya," ucap Della pada ibu penjual bakso.
"Saya juga ya, Bu," sahut Fikri sebari mengangkat tangan kanannya.
"Dari sekolah mana?" tanya Fikri.
"SMK Kasih Sayang. Lo?"
"Gue dari Yogyakarta, jadi masih baru di sini."
"Lo tinggal sendiri?"
"Iya."
"Biaya sekolah lo?"
Beberapa saat Fikri diam, "Orang tua gue bukan orang mampu, buat ke Jakarta aja gue harus ngumpulin uang mati-matian. Gue masuk Universitas ini lewat jalur prestasi, makanya agak kikuk waktu bergaul sama lo. Apalagi lo model terkenal di Jakarta."
"Sekarang lo kerja di sini?"
"Iya. Gue part time."
"Dimana?"
"Dimana gue bisa dapat uang, gue di sana yang penting halal dan bisa selesain kuliah gue."
Diam-diam Della kagum pada Fikri. Ia kira Fikri anak manja, selalu bergantung apapun pada orang tua. Ternyata, malah kebalikannya. Lelaki itu jauh lebih baik darinya. Jika bukan karena Jono, mungkin sekarang Della tak tahu rasanya memiliki uang sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Geeky Girl [TAMAT]
Teen FictionDella, seorang gadis culun yang tak pernah berani mengangkat kepalanya, tiba-tiba harus mengangkat kepalanya dan memberanikan diri menatap dunia luar. Orang-orang yang bahkan tak pernah ia bayangkan, dapat hadir di hidupnya. Sahabat, teman dekat, b...