"Matahari pun gak pernah menyerah karena tenggelam, agar nantinya dia dapatin sunset."
↪↩
"Jes, kamu ngerasa Ayu agak aneh, nggak?" tanya Putri pada Jessica di sampingnya. Mereka berdua tengah duduk di ruang tengah memakan camilan sebari menonton film.
Beberapa saat Jessica diam, lalu mengangguk, "Iya, sekarang Kak Ayu jarang keluar kamar, terus mukanya agak pucat."
"Pucat? Dia sakit?" Putri menatap Jessica panik, "Tadi pagi juga Ayu gak sarapan karena kesiangan."
"Aneh, Tan. Kayaknya Kak Ayu lagi ada masalah, sampai lupa makan."
Perasan Putri jadi tak enak. Ia mengingat lagi masa SMP Della yang menyedihkan hingga membuat Della sempat depresi. Dirinya takut, di SMK Della mendapatkan perlakuan yang sama seperti dulu.
"Tapi, Abang juga jadi agak aneh," lanjut Jessica, "Kemarin Abang gak pulang semalaman, baru ke kamar kos pagi-pagi sebelum sekolah. Kata Bu Intan, Abang datang pakaiannya kacau, terus bau alkohol."
"Bau alkohol?! Jono pernah minum alkohol?" kaget Putri.
"Dulu sehabis kematian Mama, Abang sering pergi ke club. Pulang sekolah, sampai tengah malam. Abang ngehindar dari rumah karena tertekan. Semenjak itu, hubungan kita jadi renggang akibat jarang ketemu."
"Astaga! Tapi dia masih sering ke club?"
"Nggak. Beberapa minggu ke club, temannya ngajak buat jadi model baju mall. Karena sibuk, Abang jadi gak punya waktu buat clubbing lagi."
"Apa sekolah mereka terlalu berat, ya, sampai depresi?"
"Seharusnya gak berat sih, Tan, karna Kak Ayu sama Abang baru kelas 1 SMK," komentar Jessica. Ia yakin bukan karna faktor sekolah yang menyebabkan mereka seperti itu. Pasti ada hal lain yang mengakibatkan hal itu terjadi.
"Tante jadi khawatir begini, Jes." Wajah Putri memucat, memikirkan hal-hal buruk yang mungkin saja terjadi.
Lengan Jessica bergerak memeluk Putri, "Jangan khawatir Tante, kita berdoa aja semoga gak terjadi apa-apa."
"Iya. Semoga." Putri balas memeluk Jessica, meski pikirannya masih tertuju pada Della.
↪↩
Semakin siang wajah Della semakin pucat. Tadi gadis itu tak memakan makan siangnya, karena merasa tak mood dan belum makan apapun hingga saat ini. Hanya sebotol air putih yang diminumnya. Melly selalu menemani Della kemana pun sahabatnya pergi, bahkan ke toilet sekalipun. Tidak ada yang tahu jika nantinya Della celaka hanya karena kurang fokus.
Pulang sekolah, keduanya pergi ke pantai atas permintaan Della. Melly Memandang laut di hadapannya dengan senyum mengembang. Di sini pula ia dan Gibran menjadi dekat dan tertawa bersama. Lelaki kasar itu menjadi lelaki yang menempati pikirannya saat ini.
"Lo udah cukup lelah, Del. Lo boleh mundur kalau mau," ucap Melly pelan.
Kepala Della menggeleng, "Gue gak bisa nyerah, Mel." Lengannya menunjuk pada matahari yang menyorot ke arah mereka, "Matahari pun gak pernah menyerah karena tenggelam, agar nantinya dia dapatin sunset."
Bibir Melly sedikit terbuka, ingin mengatakan sesuatu, namun ditutupnya segera. Ia merasa terpana dengan perkataan Della barusan.
"Makanya, gue gak akan nyerah, walaupun nantinya gue tersakiti, karena gue mau dapatin bintang." Pandangan Della lurus pada hamparan laut di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Geeky Girl [TAMAT]
Teen FictionDella, seorang gadis culun yang tak pernah berani mengangkat kepalanya, tiba-tiba harus mengangkat kepalanya dan memberanikan diri menatap dunia luar. Orang-orang yang bahkan tak pernah ia bayangkan, dapat hadir di hidupnya. Sahabat, teman dekat, b...