'Kamu bukan siapa-siapa, mengapa mengatur saya?'
↪↩
Hari semakin larut, langit berwarna kemerahan, matahari mulai hilang dari pandangan. Karyawan serta pekerja terburu-buru pulang ke rumah, membuat jalanan pengap dan macet.
Della pulang berjalan kaki dari apartemen Rio menuju rumahnya. Awalnya Rio menawarkan diri untuk mengantar Della, namun dengan sopan Della menolak. Rasanya tak enak merepotkan orang lain.
Ada sedikit perubahan dalam kehidupannya. Warna abu dalam takdirnya mulai memudar, perlahan tetesan warna menerangi hidupnya.
Semuanya berkat Melly. Ia sangat bersyukur dapat bertemu orang seperti Melly. Kini, dirinya dapat menatap dunia luar berkat Melly.
'Apa cita-cita saya?'
Langkah Della terhenti, pandangannya lurus pada ujung sepatu. Pertanyaan itu kerap datang menghampirinya. Sejak dulu, dirinya hanya belajar dan belajar, tanpa memikirkan, akan jadi apa dirinya nanti dan ingin menjadi apa. Sungguh tak terpikir di pikirannya.
Dua menit berlalu, Della masih merenung di tempatnya, menjadi tontonan beberapa orang, karna berdiri tak bergerak.
Tin! Tin!
Della tersentak, kepalanya menoleh ke samping. Tubuhnya langsung kaku, melihat Jono di atas motor menggunakan helm.
"Lo sendiri?" tanya Jono.
Della mengangguk kaku, sesekali matanya melirik ke arah lain. Sebagian ketakutannya masih tersisa.
"Mau pulang 'kan? Bareng aja, gue juga mau ke rumah lo, jemput Jessica." Jono menepuk jok belakangnya.
Secepat kilat Della menggeleng, "Tidak, terima kasih." Ia langsung mempercepat langkahnya, menjauh dari Jono.
"Rumah lo lumayan jauh, yakin gak mau bareng?" Jono menjalankan motornya perlahan, menyamakan dengan langkah Della.
"Tidak, tolong jangan mengikuti saya," ucap Della dengan kepala tertunduk, langkahnya semakin cepat.
Jono turun dari motornya. Ia mengejar Della dan mencekal pergelangan tangan gadis itu, "Lo kenapa, sih?"
Tubuh Della bergetar, matanya menatap wajah Jono, "Ap-apa?"
"Apa yang lo takutin dari gue?"
"Ti-tidak ada." Della mencoba melepas cekalan Jono, namun tetap tak bisa.
"Lo itu takut sama gue, Ayu. Bahkan gue bisa lihat ketakutan lo. Kenapa? Apa yang buat lo takut?"
Della menunduk. Jujur dirinya juga bingung dan tak tahu mengapa dirinya seperti ini.
"Gue udah pernah bilang." Jono melepaskan cekalannya, diusapnya kepala Della pelan, "Kalau gak ada salah, jangan takut."
Lengan Della meremas rok sekolahnya. Jantungnya berdebar lebih cepat. Gadis itu sempat diam, bingung dengan apa yang terjadi pada dirinya.
"Ayo, balik sama gue, sekalian jemput Jessica di rumah lo." Jono tersenyum lama, lalu berjalan menuju motornya dan menaikinya. Dilihat Della masih terdiam di tempatnya, "Tunggu apa lagi?"
Segera gadis berkacamata bulat itu sadar, lalu mendekati Jono. Ini kali pertamanya berboncengan dengan lelaki. Kini rasanya semakin aneh, dirinya dapat menolak tawaran Rio, namun tidak dengan lelaki ini. Terlebih lagi, orang yang memboncengnya sangat pemaksa.
"Yah, bengong lagi. Kayaknya satu tahun kemudian lo baru naik, deh," sindir Jono dengan tawa khasnya. Lelaki itu menyerahkan helm pada Della. Ia selalu membawa dua helm di motornya, untuk berjaga-jaga jika ada yang ingin menumpang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Geeky Girl [TAMAT]
Novela JuvenilDella, seorang gadis culun yang tak pernah berani mengangkat kepalanya, tiba-tiba harus mengangkat kepalanya dan memberanikan diri menatap dunia luar. Orang-orang yang bahkan tak pernah ia bayangkan, dapat hadir di hidupnya. Sahabat, teman dekat, b...