'Bagaimana bisa, tanah bersanding dengan bintang?'
↪↩
Jam 12 tepat, Jessica langsung membereskan alat sekolahnya. Ia terburu-buru keluar dari kelasnya untuk pergi ke Rumah Tante Putri a.k.a Ibu Della.
Hidupnya benar-benar berubah saat ini. 180 derajat berbeda. Biasanya dirinya menghabiskan waktu di sekolah hingga sore dan kembali ke rumah saat malam hanya untuk tidur. Kini, dirinya punya tempat tujuan yang menyenangkan.
"Neng, tumben pulang, biasanya sampe sore," ucap satpam yang berjaga di gerbang. Satpam tersebut selalu memberikan Jessica makanan jika Jessica di sana hingga sore.
"Aku nggak pulang sore lagi, Pak! Makasih ya!" balas Jessica cepat. Ia berlari mengejar angkot yang berhenti di pinggir jalan, lalu naik ke sana.
Tak lupa Jessica mengirimkan pesan pada abangnya.
Abang: Bang, Jes di rumah Tante Putri ya. Nanti pulang ke Cafe Kak Rama. Okayyy???
Bibir Jessica melengkung lebar. Tanpa sadar lelaki di dalam angkot tersebut memperhatikan Jessica tidak berkedip. Wajah cantik Jessica mampu memesona siapapun yang melihatnya. Tanpa make up pun, wajah itu telah bersinar seperti selebriti.
"Adek artis, ya?" tanya seorang ibu-ibu di samping Jessica.
Jessica menoleh dan menggeleng cepat, "Bukan kok, Bu. Saya masih pelajar."
"Wah, saya kira artis. Habis kamu cantik banget, sih."
"O-oh, gitu ya, hehehe." Jessica tertawa tak enak, lalu memandang pada jalanan.
'Mama, kalau Jes coba buat ikhlas, Mama marah, nggak? Jes udah nyaman, Ma.'
↪↩
Setelah beberapa hari bersiteru, kini Della, Melly, Heri dan Rio makan bersama lagi di rooftop sekolah. Awalnya Rio tak mau, namun Melly terus memaksa hingga kini mereka berkumpul.
Suasana begitu hening, tidak seperti biasanya. Melly dan Della saling tatap tak nyaman, melirik Heri dan Rio yang makan dengan pandangan menunduk.
"Ayolah, kenapa kalian begini, sih? 'Kan gak enak kalau makannya masing-masing," ucap Melly pada kedua lelaki itu.
Della hanya tersenyum kecil, meng-iya-kan pernyataan Melly.
Rio menatap Melly dan Della bergiliran, "Gue emang begini 'kan?"
"Terus lo?" tanya Melly pada Heri.
Kepala Heri terangkat, "Gue? Bibir gue sobek. Gak boleh banyak gerak."
"Gimana caranya kita buat laporan kalau kalian begini," keluh Melly, ia menyuapkan nasi ke dalam mulutnya.
"Gampang," balas Heri dan Rio bersamaan. Kedua lelaki itu terdiam sesaat, lalu saling menatap. Kejadian seperti ini masih terasa sama dengan setahun yang lalu. Dimana mereka mengerjakan tugas kelompok, namun memiliki banyak masalah. Kata yang mereka ucapkan untuk menenangkan kelompoknya adalah, "Gampang."
"Ehm." Della berdeham. Gadis itu ingin tertawa melihat wajah Rio dan Heri, namun ada rasa tak enak dan menahannya.
"HUAHAHAHAHA!" Tawa Melly meledak. Gadis itu memang tak memiliki malu, ia bahkan tak menutupi tawanya, "Anjir muka lo kocak banget!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Geeky Girl [TAMAT]
Teen FictionDella, seorang gadis culun yang tak pernah berani mengangkat kepalanya, tiba-tiba harus mengangkat kepalanya dan memberanikan diri menatap dunia luar. Orang-orang yang bahkan tak pernah ia bayangkan, dapat hadir di hidupnya. Sahabat, teman dekat, b...