Bab 14 (Setelah Skors)

835 58 3
                                    

'Langit, hari ini aku kembali lagi, melihatmu bahagia, membuatku juga bahagia. Kelak, ada saatnya kau melihatku, namun aku tak dapat melihatmu lagi.'

↪↩

Kelas 10 Perkantoran 1 datang ke sekolah hari ini. Mereka telah menghabiskan tiga hari masa skors sebagai liburan. Dua hari liburan yang menyenangkan, satu hari liburan yang mengenaskan. Di hari terakhir, mereka harus bergulat dengan PR yang telah dikirimkan oleh guru mereka.

"Morning eperibadieeeh!" seru Jono ketika sampai di dalam kelas. Matanya menatap teman sekelasnya dengan riang.

Mereka terdiam sebentar, lalu tertawa dan saling mengejek.

"Jiah, abis liburan!"

"Dih, lo makin item!"

"Mantap sekaleh liburannya!"

"Jon, foto dulu, lah!"

"Kuy!"

Jono tersenyum lebar, lalu duduk di bangkunya. Ia melompat dan berdiri di atas meja, "WOY! PATROLI LAH!"

"MANTAP BOSKU!"

"SIAP!"

"LANJUTKAN!"

Begitulah Jono, lelaki tampan yang menjadi biang keonaran. Sampai kapan pun sikapnya tak akan berubah. Banyak juga yang mengharapkan Jono jangan pernah berubah.

"PATROLI, YAK?! IKUT NJING!" Rama yang baru datang langsung berteriak lantang. Ia bergabung pada komplotan anak belakang yang tengah berdiskusi.

"Gak usah nge-gas, monyet!" sahut Anisa dengan cengirannya. Jelas gadis itu menyukai Rama, meski tak pernah mengungkapkannya.

"Udah, kita patroli agak lama aja, bego! Gak tau diri banget tuh guru, ngasih PR gak kira-kira!" seru Ifan dengan bersemangat.

"Jangan kasih kendor, mending kita bikin sekolah pusing!"

"Belakang sekolah aja!"

Mereka menyetujui, lalu bersama-sama keluar dari kelas. Memang tak ada kapoknya kelas mereka, dari awal masuk kelas itu telah mendapat citra buruk, kini kelas tersebut menjadi kelas yang paling buruk. Di dalamnya banyak anak berandalan yang hidup dan menjadi biang kerusuhan.

"Pasti mau bully anak orang lagi, tuh," ucap Mirna dengan pandangan malas.

"Kayak gak tau aja mereka gimana," sahut Erni yang juga menanggapi biasa saja.

Sementara itu, Jono dan kawan-kawan telah berjalan menuju kantin. Di sana mereka menaruh alat-alat patroli mereka.

"Ada gak?" tanya Rama.

"Ada, nih," sahut Gibran yang mengambil beberapa tongkat baseball.

"Iket kepalanya juga ada, nih!" Andre mmembagikan ikat kepala yang ada di tangannya.

Jono memakai ikat kepala yang bertuliskan,"PERSETAN."

Mereka memakai atribut masing-masing lalu berjalan keluar kantin. Beberapa murid yang melewati mereka di kantin menatap aneh pada perkumpulan itu.

Perkumpulan Persetan, dibuat lima hari sesudah mereka satu kelas. Sebagian lelaki di kelas itu ada yang tak ikut perkumpulan ini. Nama 'Persetan' diberikan oleh Jono, ketika memikirkan nama geng.

"Persetan aja. Perkumpulan Sempak Hitam!"

Sontak saja seluruh anggota Persetan menyetujui. Namun, Rama menolak usul Jono, dengan alibi, "Persetan 'kan belakangnya 'N' masa artinya, 'hitam'?"

Geeky Girl [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang