'Aku belum tau, kamu masa depan aku atau bukan. Seenggaknya, kalau kita pisah, kamu gak rugi apapun karena aku.'
↪↩
Hari ini Jono mengurusi segala keperluan untuk waktu yang lama di Los Angeles. Pakaiannya telah dikemas dengan kardus, tak lupa segala keperluan sekolahnya. Azhar juga mengemasi barangnya. Belakangan ini ia sering ke Indonesia, jadi banyak barangnya yang tertinggal di sini. Dititipkan istrinya pada Bi Sumi, wanita tua setia yang menjadi asisten rumah tangganya.
Jessica terus memeluk Jono, hingga Della yang baru datang tertawa pelan. Pasalnya baju Jono basah oleh air mata adiknya.
"Abang jahat! Masa baru akur, langsung pisah lagi?!" seru Jessica sambil memukul-mukul punggung Jono.
"Aduh, 'kan nanti kamu bisa liburan ke sana, Jes! Lagian kalau kangen bisa video call. Terus, jangan mukul juga, dong! Nanti sampai sana Abang sakit badan nggak ada yang urut," omel Jono, namun tak melepaskan pelukan Jessica. Ia juga sama beratnya melepas semua orang di Indonesia. Namun, keputusan Papamya sudah bulat dan tak dapat diganggu gugat.
"Jono, keperluan kamu udah beres semua?" tanya Della.
"Udah, tadi dibantu Bi Sumi juga. Tumben ke sini pagi-pagi, ada apa?"
Kepala Della menggeleng pelan, "Pengen aja."
"Ini 'kan hari terakhir Abang ada di Indonesia. Jelas dong, pacarnya mau nengokin. Besok kalian cuma bisa video call doang," sindir Firda sambil melintasi Jono.
"Jes, giliran dong, Abang mau peluk pacar Abang," ucap Jono sambil menepuk pelan bahu Jessica. Namun, bukannya dilepas, pelukan Jessica malah semakin kuat, "Aduh, njir!"
"Ish, ngomongnya!" tegur Della. Ucapan Jono memang terkadang kasar, membuatnya harus menegur lelaki itu berkali-kali.
"Iya, maaf. Habis kaget, perut aku berasa dicekik." Jono menyentil dahi Jessica, "Udah sih, giliran!"
Akhirnya Jessica melepas pelukannya dan menghapus air matanya, "Ribet! Awas ya, kalau kangen Jes!"
"Jih, mau banget dikangenin," gurau Jono yang hanya mendapat acungan jari tengah dari Jessica.
"Jes, gak boleh gitu!" tegur Firda di bangku makan.
"I'm sorry, Mom!"
Tanpa berlama-lama, Jono memeluk erat Della, "Akhirnya yang dinanti-nantikan tiba."
"Ish, lepas, Jon! Malu sama Tante Firda!" tegur Della sambil berusaha melepaskan pelukan Jono.
"Nggak pa-pa. Mama sama Papa pasti paham, kok."
Wajah Della bersemu merah, lengannya memeluk erat Jono, "Ini terakhir, ya?"
"Nggak. masih ada nanti malam."
"Berarti ini kedua dari terakhir."
"Intinya nggak terakhir."
"Tetap aja, ada di ujung."
"Tapi nggak terakhir, sayang."
"Tapi di akhir, Jono. Paham nggak?"
"Kamu yang paham apa nggak, Ayu?"
"Kalian lagi pelukan apa lomba debat?" tanya Firda yang melintasi keduanya.
Sempat Della ingin melepas pelukannya, namun dieratkan oleh Jono. Kepalanya menyusup pada dada bidang Jono karena malu.
"Debat sambil pelukan, Ma. Biar menghemat waktu, kita merger aja," celetuk Jono asal. Lengannya mengelus-elus kepala Della, "Rambut kamu masih selembut dulu, ini yang bakal buat aku gak sabar balik ke Indonesia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Geeky Girl [TAMAT]
Teen FictionDella, seorang gadis culun yang tak pernah berani mengangkat kepalanya, tiba-tiba harus mengangkat kepalanya dan memberanikan diri menatap dunia luar. Orang-orang yang bahkan tak pernah ia bayangkan, dapat hadir di hidupnya. Sahabat, teman dekat, b...