'Dia lebih sayang uang. Uang lebih berharga daripada anaknya.'
↪↩
Langkah Jono gontai di koridor sekolah. Mendengar segala penjelasan wali kelas Jessica, membuatnya lemas. Ia pikir selama ini Jessica baik-baik saja. Namun, ternyata semua berbeda dari pikirannya.
Dua jam yang lalu...
"Gimana Jessica di sekolah, Pak?" tanya Jono dengan pandangan ingin tahu.
"Jessica baik di sekolah, anaknya sopan, prestasinya juga terus meningkat. Sayangnya, matematika Jessica agak memprihatinkan," jelas Pak Solihin dengan hati-hati.
Jono hanya mengangguk-angguk paham mendengarkan Pak Solihin.
"Kenapa Jessica tidak masuk hari ini? Apa kalian ada masalah?"
"Nggak, Pak." Jono menghela napasnya sebentar, "Iya, Pak. Jessica kabur dari rumah."
Pak Solihin terlihat kaget, "Kenapa bisa sampai kabur?"
"Saya nggak tau, Pak. Mungkin Jessica ada masalah di rumah. Karna rumah kita pisah, saya gak bisa kontrol Jessica lebih sering."
Lengang cukup lama dalam ruangan. Pa Solihin tersenyum penuh makna, "Jessica pernah curhat sama saya, katanya kakaknya itu ganteng. Cita-cita dia, mau dekat sama kakaknya yang ganteng itu."
Pandangan Jono langsung teralihkan pada Pak Solihin, matanya menyiratkan, 'Bagaimana?'
"Kamu yang tau masalahnya, kamu juga yang tau penyelesaiannya." Pak Solihin kembali tersenyum dan menepuk bahu Jono.
Flashback end.
Didudukkan tubuhnya di bangku pinggir jalan. Otaknya terus berpikir, bagaimana caranya memperbaiki hubungan dengan Jessica?
'Sial! Otak gue serasa mau pecah!'
Ingin rasanya memperbaiki hubungan, namun hatinya masih terasa sakit ketika mengingat kejadian 2 tahun lalu. Dimana cinta dan cita-citanya runtuh bersamaan. Tawa bahagianya langsung lenyap ketika melihat cucuran darah yang mengalir di sepatu putihnya. Kepala yang telah dipenuhi darah, sangat diingat dalam memorinya.
Dengan bencinya ia melihat gadis kecil berwajah lugu, menangis sambil berlutut. Bukan gadis itu yang salah, tapi entah mengapa rasanya menyakitkan melihat gadis itu di setiap harinya.
Drttt... Drtttt...
Ponselnya bergetar, diambil dan diangkatnya telpon dari Rama, "Halo? Lo udah nemuin Jessica?"
"Udah."
Mata Jono membelalak, "Dimana?"
↪↩
Pukul tujuh malam, Jessica ikut makan malam dalam keluarga Della. rasanya sedikit canggung, namun tak enak bila menolak. Kedua orang tua Della terus memberikan pertanyaan pada Jessica, agar gadis itu tak merasa canggung.
Selesai makan, Jessica menghampiri Putri, "Tan, aku mau jalan-jalan dulu, ya ke luar."
Putri menengokkan kepalanya, "Hati-hati. Jangan pulang kemalaman."
Lantas Jessica langsung berjalan cepat keluar rumah. Baju yang dipakainnya adalah milik Della, sementara digunakannya karna tak mungkin seharian ia menggunakan seragam sekolah.
Langkahnya pelan, menyusuri jalanan sepi yang remang oleh cahaya kuning. Pandangannya kosong, batinnya kembali tertekan. Untuk kesekian kalinya, sakit itu kembali lagi. Sakit yang tak ada obatnya dan entah kapan akan sembuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Geeky Girl [TAMAT]
Teen FictionDella, seorang gadis culun yang tak pernah berani mengangkat kepalanya, tiba-tiba harus mengangkat kepalanya dan memberanikan diri menatap dunia luar. Orang-orang yang bahkan tak pernah ia bayangkan, dapat hadir di hidupnya. Sahabat, teman dekat, b...