'Kita dekat, namun seakan tersesat.'
↪↩
"Gue rindu lo, Ayu," ucap Jono dengan senyum manisnya. Ia menghembuskan napas panjang, "Susah juga, ya, buat ngungkapinnya."
Kini wajah Della memerah, mendengarnya saja terasa malu. Apalagi ini adalah kali pertamanya mendengar kata 'rindu' dari seorang lelaki selain Papanya, "Ka-kenapa bisa rindu?"
"Gak tahu, awalnya gue gak yakin. Tapi, gue jadi selalu pengen ke sini, lihat lo, belajar sama lo, ngobrol sama lo. Padahal baru kemarin kita jalan-jalan, tapi sekarang gue masih mau berduaan sama lo. Akhirnya gue sadar, gue rindu lo dan pengen banget ke rumah lo," jelas Jono dengan kepala tertunduk. Ia jarang menundukkan kepalanya, terutama di hadapan wanita.
Deg
Della menghembuskan napasnya, "Jono, kalau lo terus begini, mending kita gak perlu belajar bareng lagi."
Kepala Jono terangkat, "Kenapa lo ngomong gitu?"
Jemari Della meremas erat karpet berbulunya. Ia menatap sendu, "Gue gak mau kalau harus punya perasaan sama lo."
Wajah Jono berubah terkejut. Kini ia menatap kaget pada Della di depannya, "H-hah?"
"Tolong, jangan pernah suka gue, Jono," lirih Della sebari menunduk. Matanya memerah, menahan tangis yang akan membuncah.
"Gue bahkan belum bilang apa-apa sama lo, Ayu. Ini alasan gue gak suka cewek cantik, semua bersikap seenaknya." Jono bangkit dan berjalan ke arah jendela. Ia berhenti sebentar, "Kalau lo benci gue, seenggaknya jangan benci martabak itu. Gue beli buat lo, jangan lupa dimakan." Kakinya melangkah keluar, meninggalkan kamar Della.
Sepasang mata merah Della menatap jendela yang masih terbuka. Sudah tak ada orang lagi di sana. Ia menggigit bibirnya kencang, air mata telah menetes ke pipinya, "Hiks..."
'Kenapa rasanya sesakit ini, Tuhan...'
Pandangannya beralih pada martabak di depannya, air matanya justru semakin deras tanpa sebab. Ia menutup rapat-rapat bibirnya agar tak mengeluarkan suara.
"Gue bahkan belum bilang apa-apa sama lo, Ayu."
"Hiks... Hiks..." Sayangnya tangis semakin membesar. Mengingat perkataan Jono, membuat dirinya seperti dipukul berkali-kali. Ini adalah kali pertamanya merasakan sakit yang seperti ini.
'Jono, maaf...'
↪↩
Esoknya, Jono datang ke sekolah dengan angkuh. Ia menatap sinis orang yang memandangnya kagum. Lantas hal itu membuat satu sekolah kebingungan. Biasanya Jono sangat hyperaktif dan konyol, namun hari ini lelaki itu terlihat muram dan tak banyak bicara.
"Oppa Jono datang, weh!" sorak Agung ketika Jono sampai di kelas.
Hanya lirikan mata yang Jono berikan, lelaki itu duduk di bangku depan, tak menggubris teman-temannya.
Anggota Persetan saling menatap bingung, tak biasanya Jono mau duduk di depan dan bersikap aneh seperti hari ini.
"Dia kenapa?" tanya Gibran pada Rama.
Rama menggeleng bingung, "Gue gak tahu. Bentar." Ia melangkah dan duduk di samping Jono. lengannya refleks menutup hidung, mencium bau alkohol yang sangat menyengat di sekitar tubuh Jono, "Setan, lo minum berapa botol?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Geeky Girl [TAMAT]
Ficção AdolescenteDella, seorang gadis culun yang tak pernah berani mengangkat kepalanya, tiba-tiba harus mengangkat kepalanya dan memberanikan diri menatap dunia luar. Orang-orang yang bahkan tak pernah ia bayangkan, dapat hadir di hidupnya. Sahabat, teman dekat, b...