Lena menghempaskan badannya di atas kasur dengan masih mengenakan baju toga dan topi toga masih berada di tangannya. Matanya menatap langit-langit kamar, dia menggigit bibir bawahnya. Apa begini perasaan orang yang baru diwisuda?
Lena merasa hampa. Hari besarnya justru terasa sepi. Hanya Bunda, Ayah dan bunga dari Lilo yang datang untuknya. Tidak ada satupun orang rumah yang memberinya selamat, pun Lena memang tak menginginkannya. Yang membuat Lena sakit hati adalah ketidakhadiran dua orang yang paling spesial di hidupnya, Farel dan Kioki.
Kemana mereka berdua? Bukankah mereka sudah berjanji akan datang? Kalau memang terlalu sibuk, kenapa tak jujur dari awal?
Apa susahnya bilang tidak bisa datang sehingga Lena tak perlu menunggu yang tidak pasti?
Oh, mungkin ini memang salahnya Lena yang terlalu semangat menunggu mereka menepati janji. Salah Lena yang terlalu percaya bahwa mereka akan menepati janji.
Lena memejamkan matanya, berusaha berpikir positif. Lena masih percaya bahwa Kioki dan Farel tidak melakukannya dengan sengaja, mereka sibuk, bahkan sampai tidak punya waktu untuk mengabari dan meminta maaf.
A L P H A B E T
Farel bergegas turun dari panggung setelah menyanyikan lagu terakhirnya. Laki-laki itu langsung menemui Manajernya.
"Ayo cabut. Kita kemana sekarang?" tanyanya sambil berjalan meninggalkan backstage, sang Manajer menyusul di sampingnya.
"Lo ada jadwal ngisi acara radio setengah jam lagi."
"Berapa lama?"
"Sekitar dua jam, di situ lo ngomongin mix tape lo. Setelah itu ada interview dari majalah IDOL. Lo juga ada pemotretan—"
"Jadi intinya hari ini gue selesai jam berapa?"
"Kalo lo masih semangat kayak gini, bisa selesai jam 10."
Farel berdecak kesal sambil menghentikan langkahnya. "Lo bilang acara radio setengah jam lagi kan? Kalo gitu gue mau cabut bentar."
"Eit, nggak bisa. Nggak akan sempat."
"Bodo amat, paling bakalan telat bentar. Sini pinjam kunci mobil," Farel mengulurkan tangannya ke depan muka sang Manajer.
"Nggak bisa, Farel. Lo harus stick on schedule, sekarang sampai setengah jam kedepan kita otw ke acara radio," kata Manajer. "Kita diawasi langsung sama CEO, bakal dikasih penalti kalo ngelanggar schedule. Kioki udah kena, gue nggak mau lo juga ikut."
"Kioki kenapa?" tanya Farel setengah panik.
"Dia batal debut jadi aktor karena cabut di tengah-tengah syuting," jelas Manajer. "Omanya masuk rumah sakit."
"Terus dimana Kioki sekarang?"
"Masih di rumah sakit. Dia nggak peduli walaupun udah dapat pinalti dari Pak Zidan: dikurung di dorm selama dua bulan," raut muka sang Manajer berubah khawatir. "Tapi karena Omanya sakit, dia dikasih dispensasi. Dia boleh ke rumah sakit sampai Omanya sembuh, itupun diawasi sama pihak agensi. Intinya: Kioki nggak bebas."
Farel mengepal tangannya kesal. "Zidan sialan."
"Nggak ada waktu untuk ngutuk dia. Ayo cepat masuk mobil," sang Manajer melanjutkan jalannya.
"Minta hape gue sini," Farel ngulurin tangannya lagi.
"Nggak, Farel. Nggak ada hape sampe schedule lo selesai."
"Gue baru boleh pegang hape malam nanti?" tanya Farel tak percaya. "Wah, waktu gue promosi bareng Genocide, lo bahkan nggak pernah nyita hape kita, bang."

KAMU SEDANG MEMBACA
ALPHABET [TAHAP REVISI]
JugendliteraturSepasang saudara yang terpisah karena sifat mereka yang bertolak belakang. Alpharel Dimilo atau yang biasa disapa Farel adalah anak sulung keras kepala dan pembangkang, sedangkan adiknya Bethalena Dimilo adalah seorang anak yang penurut. Namun ked...