2!3!

510 83 12
                                    

TERUNGKAP! SOSOK IBUNDA DARI SEORANG GITARIS GRUP BAND NAIK DAUN, FAREL GENOCIDE!

Malam ini, tepatnya satu jam yang lalu, seorang penggemar melihat Farel GENOCIDE berbelanja di Super Market bersama seorang wanita paruh baya yang sangat cantik. Op mengatakan bahwa Farel bersikap manja dengan wanita paruh baya itu, dan diduga kuat bahwa wanita itu adalah Ibu kandungnya. Op juga mengatakan bahwa wajah wanita itu mirip dengan gitaris GENOCIDE tersebut. Saat Op mendekati mereka dan mengajak Farel untuk berfoto, Ibu Farel langsung menyuruh anaknya untuk memeluk sang penggemar. Dan Farel melakukannya! Wah, sungguh penggemar yang beruntung!

.

Audio menghela napasnya sedikit berat setelah membaca berita teratas di situs berita online di ponselnya. Berita tentang Farel dan Bundanya jujur saja membuat Audio merasa lega dan ikut bahagia. Tapi ada sedikit rasa iri di dalam hati Audio. Seandainya saja kehidupan keluarganya semanis Farel dan Bundanya.

"Kalo lagi sama keluarga tuh, keluarga yang dinomor satukan, bukan hape." Sindir Mike yang mengambil tempat duduk di samping Audio. Saat ini mereka sedang berkumpul di meja makan, bersiap untuk makan malam. "Kenapa? Manajer Abang suruh balik? Mau ngerjain album baru?"

Audio hanya menggeleng dan menyimpan ponselnya ke dalam saku celana jins, kemudian dia bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati sang Ibu yang sedang memasak. "Bu, Audio bantu ya."

Ibu Audio menolehkan kepalanya, melirik sang anak sulung yang saat ini sedang mengambil piring-piring dari lemari. "Kamu duduk aja, Yo. Ibu nggak mau ngerepotin kamu, kamu kan jarang-jarang pulang ke rumah."

"Justru karna aku jarang pulang, Ibu seharusnya memper-romusha-kan aku."

"Memper-romusha-kan?" Ibu Audio tergelak. "Kamu pikir Ibumu ini kaum Jepang yang menjajah Indonesia? Ada-ada aja kamu, Audio."

"Seharusnya begitu, Bu. Ibu harusnya sekejam penjajah, aku kan hampir nggak pernah pulang, nggak pernah bantuin Ibu di rumah. Seharusnya Ibu marah kek, atau apa gitu."

"Mana bisa Ibu marah sama kamu, sayang. Ibu memaklumi pekerjaan kamu. Ibu justru senang kamu sibuk dengan dunia musik, Ibu bangga sama kamu."

"Tapi aku maunya Ibu marah sama aku." Audio berdiri di sebelah Ibunya, meletakkan piring lauk di samping kompor.

Wanita paruh baya itu terkekeh, kemudian mematikan kompor dan menghadap anak sulungnya. "Iya, iya. Ibu marah nih, ya."

"Audio!" Sang Ibu mencengkram kedua pundak anaknya dengan kuat. "Dasar kamu anak durhaka! Ibu marah sama kamu! Pokoknya kamu harus sering-sering pulang ke rumah!"

"Gimana? Bagus nggak marah-marah Ibu?" Kini Ibu Audio mengusap pundak sang anak dengan lembut.

"Bagus kok, kalo Ibu ikut casting pasti langsung lolos jadi peran Ibu tiri!"

"Ih, kamu, Yo!" Sekarang pundak Audio kena tamparan oleh Ibunya. "Ada-ada aja kamu."

Setelahnya, keduanya tertawa dengan sangat riang tanpa menyadari bahwa sedari tadi sang bungsu memperhatikan mereka dengan cemburu.

🚧ALPHABET🚧


Lena menghempaskan tubuhnya di atas kasur milik Rona. Setelah cukup lama menatap kosong langit-langit kamar yang dicat putih gading, Lena menghela napasnya berat. Otaknya memutar kembali pembicaraannya dengan Kioki di kereta tadi, pembicaraan yang seharusnya tak pernah terjadi.

"Lo kayak orang frustasi, Na."

Mendengar suara Rona yang datang dari arah pintu langsung membuat Lena merubah posisinya menjadi duduk.

ALPHABET [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang