Lena bangun tengah malam, dia sengaja bangun untuk memeriksa Kioki, atau mungkin sebenarnya dia memang tidak tidur sama sekali. Gadis itu membuka pintu kamar, kemudian berjalan melewati ruang tengah untuk sampai di kamar Kioki. Namun di ruang tengah Lena tak melihat Farel yang dia kira akan tidur di atas sofa. Lena tak tahu abangnya itu tidur di mana, mungkin menumpang di kamar salah satu membernya.
Lampu masih menyala ketika Lena sampai di kamar Kioki, Lena tahu lelaki itu selalu membiarkan lampunya menyala ketika tidur karna salah satu phobia yang dimilikinya adalah takut dengan gelap. Lena juga tahu Kioki phobia dengan ruangan sempit, memang banyak hal yang Lena tahu tentang Kioki.
Lena melangkah mendekati Kioki yang masih tak sadarkan diri di atas kasur. Lelaki itu mengenakan sweater turtle berwarna abu-abu muda dan sebuah selimut tebal yang menghangatkannya. Tangan Lena menyentuh lembut kening Kioki untuk memeriksa suhu, syukurnya suhu badan lelaki itu sudah lebih rendah dari sebelumnya. Senyum kecil terbit di bibir Lena tatkala gadis itu memilih untuk duduk di ujung kasur dan memperhatikan Kioki dalam diam.
Kali ini sang gadis mengelus rambut sang lelaki dengan lembut, menyingkirkan helaian rambut yang jatuh di kening Kioki sampai kening itu terekspos secara total.
"Makasih," Lena berujar hampir tanpa suara. Tangannya berpindah untuk menyentuh tangan Kioki. "Makasih udah menemukan gue di ayunan tadi"
"Lain kali..., maksud gue, jangan sampai ada lain kali. Cukup sekali ini aja, Kioki. Lo harus memikirkan diri lo sendiri. Jangan khawatirin gue."
"Papa,"
Lena menyentakkan kepalanya ketika suara lemah itu keluar dari mulut Kioki. Lelaki itu masih memejamkan matanya, dia pasti mengigau, pikir Lena. Ekspresi Kioki yang sebelumnya polos dan teduh khas orang tidur, kini berubah menjadi sedih. Bibirnya melengkung ke bawah dan dia mulai terisak.
"Papa," Kata itu terus keluar di mulut Kioki dengan nada yang begitu perih, sampai Lena pun merasa hatinya tersayat. Ditambah lagi dengan Kioki yang tiba-tiba menangis di dalam tidurnya dan mengeluarkan air mata, Lena merasakan hatinya juga sakit.
"Papa,"
"Kioki," Lena mengelus pipi lelaki itu, mencoba menenangkannya.
Namun tangisan Kioki semakin kuat. Napasnya jadi tersengal-sengal karna isakannya yang hebat. "Papa, takut."
"Nggak perlu takut. Gue di sini, Kioki." Lena kembali memeriksa suhu badan Kioki, ironisnya suhu Kioki naik lagi. Keringat pun mulai keluar dan membasahi keningnya.
"Takut, Pa. Luki takut." Kioki menangis seperti anak kecil, membuat Lena cemas. Tangisan itu benar-benar nyata dan mirip sekali seperti seorang anak yang menangis karna kehilangan orangtuanya di pusat perbelanjaan. Namun Lena justru merasa bingung, siapa Luki? Kenapa Kioki menyebut nama itu? Atau Lena salah dengar?
Audio tiba-tiba muncul di balik pintu dengan ekspresi yang tak kalah cemas dari Lena, lelaki itu langsung mendekati tempat tidur.
"Kioki kenapa?"
"Suhu badannya naik lagi, Kak. Dia demam tinggi."
"Dia ngigau? Sampe nangis gitu?"
Lena mengangguk, kemudian bangkit setelah menarik selimut Kioki sampai badan lelaki itu tertutupi hingga ke lehernya.
"Lo mau kemana?"
"Mau ambil air hangat buat kompres Kioki."
"Tunggu sini, biar gue yang ambil. Lo tenangin dia." Setelah mengatakan itu, Audio langsung pergi menuju dapur.
Lena kembali duduk di tempat tadi, matanya menatap Kioki dengan kesedihan dan kecemasan yang tersirat begitu kental. Mimpi buruk apa yang dialami Kioki sampai dia menangis hebat seperti ini? Lena jadi kasihan padanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/121120509-288-k490613.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ALPHABET [TAHAP REVISI]
Novela JuvenilSepasang saudara yang terpisah karena sifat mereka yang bertolak belakang. Alpharel Dimilo atau yang biasa disapa Farel adalah anak sulung keras kepala dan pembangkang, sedangkan adiknya Bethalena Dimilo adalah seorang anak yang penurut. Namun ked...