Ini pertama kalinya Bona mengunjungi Farel di kamar inapnya. Tidak ada siapapun di sana kecuali dua orang polisi yang masih menjaga pintu. Bona tak merasa heran dengan keberadaan polisi itu dan borgol yang terpasang di tangan Farel karena sebenarnya berita tentang laki-laki itu sudah menyebar ke penjuru rumah sakit dan berita resminya juga sudah muncul di berbagai media.
Bona memperhatikan wajah Farel yang sedang tertidur pulas meski dalam posisi yang tidak nyaman karena tulang punggungnya. Laki-laki itu tetap terlihat damai di dalam tidurnya padahal kondisinya saat ini sungguh mengkhawatirkan. Bona khawatir. Melihat Farel yang terluka dan tangan yang diborgol membuat hati Bona sakit.
Gadis itu bahkan melupakan semua hal buruk yang terjadi pada mereka belakangan ini. Sebab dengan mengingatnya saja semakin membuat hati Bona sakit. Dia sangat khawatir. Farel memang selalu membuat Bona khawatir, bahkan sejak dulu. Emosi laki-laki itu mudah terpancing, sikapnya yang dingin sering membuat orang lain tidak nyaman, dia pelupa, sering acuh dengan lingkungan sekitar, sering berkata kasar, dan caranya memandang orang seperti mengajak bertengkar. Semua tentang Farel memang selalu membuat Bona khawatir.
Bona menghela napasnya, lalu membenarkan posisi tidur Farel supaya lebih nyaman. Kemudian gadis itu kembali memperhatikan sang lelaki, matanya menelusuri setiap lekukan wajah yang sudah lama tak ia lihat—wajah yang paling dia rindukan. Merasa tak puas, Bona menggerakkan tangannya menyusuri lekukan wajah Farel, mengelus lukanya dengan gerakan yang sangat lembut dan benar-benar tanpa suara karena Bona tak ingin membuat Farel terbangun.
Namun usaha Bona sia-sia karena Farel sebenarnya tidak sedang tidur. Laki-laki itu hanya memejamkan matanya, menikmati setiap sentuhan yang dia rasakan. Mungkin ini aneh, tapi Farel tahu pemilik tangan yang sedang menyentuhnya adalah Bona, maka dari itu Farel tak ingin membuka matanya.
Farel baru membuka mata ketika tangan miliknya berhasil menahan milik Bona yang berhenti mengelus wajahnya. Sontak Bona terperanjat dari tempatnya berdiri begitu matanya bertatapan langsung dengan mata Farel. Sang laki-laki hanya memiringkan kepalanya dan memberikan seulas senyuman manis yang terlihat polos dan tulus.
Belum sempat keduanya membuka mulut, seorang perawat datang dengan membawa troli makanan. Bona langsung menarik tangannya dan berlagak menaikkan selimut Farel. Tingkahnya sontak membuat Farel tersenyum geli.
"Oh, Dokter Bona di sini?" tanya perawat yang di bajunya terjahit nama 'Minah' itu sebelum menghentikan trolinya tepat di depan Bona.
"Iya, baru mau keluar," Bona tersenyum ke perawat itu, lalu mengambil ancangan untuk pergi.
Namun langkahnya tertahan dengan ucapan Farel. "Tapi gue mau makan kalo disuapin sama Dokter."
"Oh?" Minah langsung menyadari sesuatu yang aneh yang terjadi di antara sang dokter dan pasiennya ini.
Bona berusaha mempertahankan ekspresi datarnya. "Oh, kalau gitu mau dipanggilin Dokter Teddy?"
Farel langsung cemberut. "Maunya sama Dokter Bona."
Ya ampun, Bona paling tidak tahan dengan hal yang seperti ini. Bukan karena dia gemas dengan tingkah sok imut Farel, melainkan dia geli dengan hal-hal semacam itu. Gadis itu sontak menarik napasnya kesal.
"Farel, lo..." namun dia menelan kembali kekesalannya dan menatap sang perawat yang sedang memperhatikan mereka sambil senyam senyum.
"Kalau gitu, saya tinggal dulu, Dok," kata Minah dengan wajah mengejek, lalu menoleh ke Farel. "Makanannya harus habis ya, kan udah disuapin Dokter Bona."
"Minah!"
Minah cuma mesem-mesem, lalu pamit meninggalkan ruangan. Bona menghela napas jengah, namun tetap bergerak mendekatkan troli ke tempat tidur Farel, membantu laki-laki itu duduk dan meletakkan meja lipat di atas kasurnya. Bona melakukannya dengan muka masam sedangkan Farel memperhatikannya sambil senyam senyum gemas.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALPHABET [TAHAP REVISI]
JugendliteraturSepasang saudara yang terpisah karena sifat mereka yang bertolak belakang. Alpharel Dimilo atau yang biasa disapa Farel adalah anak sulung keras kepala dan pembangkang, sedangkan adiknya Bethalena Dimilo adalah seorang anak yang penurut. Namun ked...