56. Begin

275 48 0
                                        

Farel memperhatikan setiap sudut kamarnya dengan seulas senyum yang mengembang. Meja yang selalu terisi dengan buket bunga dan keranjang buah kini tinggal taplaknya saja. Kasur yang selalu ia tempati kini sudah rapi tanpa sedikit kedutan seolah kasur itu tak pernah dijamahi. Di atas kasur tergeletak sebuah tas yang di dalamnya terdapat pakaian kotor yang Farel kenakan selama dirawat di rumah sakit. Farel menganggukkan kepalanya, dia siap keluar dari sini. Meski itu artinya dia harus segera ke tempat yang bahkan lebih buruk dari ini. Namun Farel justru senang. Dia siap untuk mulai memperbaiki semuanya.

"Kamu siap?" tanya Daniel yang dari tadi hanya memperhatikan Farel dari sudut ruangan bersama Keira.

Farel langsung mengangguk semangat.

"Ayo!" Keira berseru. "Teman-temanmu udah nunggu di depan."

Farel mendorong kursi rodanya mendekati kedua orang tuanya. Namun langsung berhenti sebelum sampai di hadapan Keira dan Daniel.

"Lena gimana?" tanya Farel dengan wajah was-was. "Lena pasti datang kan? Bunda ada ngeliat dia hari ini?"

"Dari kemarin tingkah anak itu aneh." ekspresi Farel berubah murung. "Aku khawatir Lena nggak akan datang."

"Atau mungkin dia datang, tapi justru berpihak pada Chrisdy." lanjut Farel dengan nada sedih.

"Lena pasti datang kok." Keira buru-buru menyela ketika mendapati kedua bahu anak sulungnya turun. "Kamu abangnya. Dia pasti ada di pihak kamu."

"Kalo Lena memihak Chrisdy, aku pasti kecewa banget."

"Eihhh, nggak mungkin lah." Daniel mencoba menghibur. "Lena nggak mungkin ngecewain kita. Sebagai keluarganya, kita harus percaya sama dia."

Farel ingin membalas ucapan Daniel, namun pintu kamarnya mendadak dibuka dari luar.

"Bang, cepetan!" Arka tiba-tiba muncul dari balik pintu dengan pakaian yang lebih rapi dari biasanya, senyum semringah terbit di bibirnya. "Di bawah udah rame wartawan!"

Kepala Audio timbul di balik punggung Arka. "Cyanide juga ada!"

Kedua mata Farel sontak terbuka ke bukaan maksimal. Senyum di bibirnya berhasil mengembang kembali. Bahunya yang sempat turun langsung berubah menjadi tegak.

"Go go go!" serunya dengan semangat sambil mengangkat-angkat tangan kanannya.

Keira dan Daniel sontak dibuat tertawa. Kemudian dengan sigap Daniel mendorong kursi roda anaknya untuk segera keluar dari pintu yang dibuka lebar oleh Arka. Daniel dan Farel sudah hampir mencapai pintu sebelum akhirnya Daniel menyadari bahwa Keira tak mengikutinya dari belakang.

Daniel memutar badannya. Sebelum dia bertanya, Keira buru-buru bersuara.

"Duluan aja. Masih ada yang harus aku kemas, Mas." ucapnya yang kemudian hanya dibalas dengan anggukan oleh Daniel. Lalu Keira ditinggalkan sendirian di dalam kamar dengan pintu yang tertutup.

Setelah ditinggal, Keira berjalan mendekati tas yang tergeletak di atas kasur rumah sakit. Helaan napas lega keluar dari mulut mungilnya. Selama hampir dua minggu, akhirnya keluarganya keluar dari tempat ini. Namun kelegaannya itu tak berlangsung lama ketika otaknya memutar kejadian yang terjadi malam tadi di ruangan ini. Ketika semuanya sudah tertidur, Lena tiba-tiba datang tanpa suara.

Keira ingat bagaimana anak gadisnya itu membuka dan menutup pintu dengan hati-hati. Lena memperhatikan sekitar, memastikan bahwa keluarganya sudah tertidur. Tapi dia tidak tahu bahwa sebenarnya Keira hanya pura-pura tidur dan memperhatikan gerak-geriknya. Dengan diterangi remang-remang cahaya lampu tidur yang terletak di atas meja, Lena melangkah mendekati Farel. Gadis itu memperhatikan wajah teduh abangnya yang sedang tertidur pulas. Senyuman tipis terbit di bibir Lena, kemudian tangannya bergerak menarik selimut Farel sampai menutupi leher laki-laki itu.

ALPHABET [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang