Kim Je Hyun POV:
Seperti biasa, aku mengurung diri dikamar. Eomma dan appa memanggilku, tapi aku tak mau menjawabnya.
“Je Hyun-ah, apa yang sedang kau lakukan? Kau tak mau makan malam? Je Hyun-ah, kau tidak merindukan oppa?” suara Kai oppa terdengar di luar pintu kamarku. ‘Ya Tuhan, sudah berapa lama aku tidak mendengar suara oppa? aku benar-benar merindukan suaranya yang menenangkan itu. Tidak, aku tidak mau.’ Lagi-lagi aku bergumam dalam hati mencoba menghentikan perasaan rindu yang menggejolak.
“Baiklah, oppa akan menunggumu seperti biasa. Kau tidak makan, oppa tidak akan makan. Selamat malam, Je Hyun-ah.” Akhirnya suara oppa tak terdengar lagi.
Akh, oppa memulainya lagi. Seperti dulu, oppa selalu menungguku keluar dari kamar. Dan dia memang benar-benar melakukannya. Tiba-tiba ponselku berdering. Sahabatku menelponku.
“Je Hyun-ah, kau belum makan lagi?” D.O oppa yang menelponku.
Aku tertawa hambar, “Seperti biasa, kau bisa menebaknya, oppa.” Setidaknya hatiku sedikit tenang mendengar suara lembut D.O oppa.
“Ya. Dan seperti biasanya, aku di rumahmu. Keluarlah.” Ucapannya tak lagi membuatku terkejut. Dia selalu begitu. Mengantar makanan ke rumahku, barulah dia pergi.
“Malas. Pulanglah, oppa.”
“Aku sudah bertemu dengan Kai. Kau mau melihatnya seperti dulu lagi? Dia bahkan tak mau makan sekarang. Setidaknya makanlah dulu. Lalu aku dan Kai akan tenang.” Nada bicaranya benar-benar tenang, tapi aku tau dia merasa khawatir.
Aku menghela napas dan keluar dari kamarku. Kulihat Kai oppa dan D.O oppa sedang berbincang di bawah sana. Mereka menyadari keberadaanku. D.O oppa tersenyum sedangkan Kai oppa langsung memelukku. Kali ini tak kuhindari pelukan hangat oppa. Karena bahkan aku sudah sangat merindukan saat-saat seperti ini.
“Je Hyun-ah, akhirnya kau keluar juga. Makanlah.” Kai oppa melepaskan pelukannya saat D.O oppa menyodorkan makanan itu padaku. Ini makanan kesukaanku.
D.O oppa memang sahabatku sejak kecil. Tapi dia lebih tua dariku, bahkan lebih tua dari Kai oppa. Sudah jelas aku harus memanggilnya oppa. Hanya pada D.O oppa aku merasa bisa mengatakan isi hatiku yang kusembunyikan dari Kai oppa maupun Ji Hyun.
Ji Hyun keluar dari kamarnya dan tersenyum ramah menyapa D.O oppa, “D.O oppa, apa kabarmu?” tanyanya. Aku hanya cuek saja di ruang makan sambil menikmati makanan kesukaanku.
“Ah, Ji Hyun-ah. Aku baik.”
Saat sedang asik-asiknya menikmati makananku, Ji Hyun berjalan ke arahku. “Apa?” tanyaku bahkan sebelum dia duduk di hadapanku.
“Je Hyun-ah, bagaimana kalau kau mulai kolaborasikan piano-mu dengan EXO?”
Aku memutarkan bola mataku pertanda bosan, “Tidak akan!”
D.O oppa mendekatiku, “Ji Hyun benar. Sudah lama aku tidak melihatmu bermain piano. Maukan?” sial, mereka mendengarnya. Bahkan Kai oppa langsung menatapku memohon. Tapi, pendirianku tetap. Aku menggeleng dengan tegas, seketika wajah mereka bertiga tampak sedih.
“Aku selesai.” Aku berdiri dari kursiku. Sebelum pergi, aku berbalik pada D.O oppa, “Pulanglah, oppa. Gomawo.”
Aku masuk ke kamar lagi. Kali ini tak kukunci pintu. Kudengar suara D.O oppa izin pamit. Akhirnya dia benar-benar pulang. Tak ada lagi yang kulakukan selain berbaring di tempat tidurku. Kucoba pejamkan mataku, tapi aku tetap tak mengantuk.
Tak terasa, sudah sejam aku berusaha menutup mataku tanpa merasa ngantuk sedikitpun. Kurasa semua orang sudah tidur. Karena tak terdengar tanda-tanda kehidupan di luar kamarku. Aku pun menghela napas. Sekali lagi, kucoba pejamkan mata. Tapi terdengar pintuku yang sepertinya sudah terbuka. Langkah kaki yang kukenal, itu Kai oppa. Aku tetap memejamkan mataku, berakting seolah aku sudah tertidur lelap. Apa yang oppa lakukan di kamarku?
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistake Of Love
Fanfiction'Kau tidak bisa memilih dimana dan kapan cinta itu akan datang. Kau juga tidak bisa memilih pada siapa kau akan jatuh cinta.' Itu hanya sebuah kalimat konyol yang dibisikkan sebagian besar orang. Pada kenyataannya, kau bisa memilih, siapa yang akan...