CHAPTER 16

5 1 0
                                    

Author POV:

Sekolah berjalan dengan baik. Keenam gadis ini pun semakin dekat seiring berjalannya waktu. Ke kantin bersama hingga selalu dalam satu kelompok kerja. Hae Bi menyenggol lengan Je Hyun ketika sedang makan di kantin. Lalu Hae Bi berbisik pada Je Hyun, “Je Hyun-ah, apa kencan kalian berjalan lancar kemarin?” godanya. Mata Je Hyun membulat sempurna, “Apa? Kau benar-benar..”

“Ada apa?” pertanyaan Soo Hyun membuat mereka kembali terdiam. Hae Bi terkikik geli dan Je Hyun menatapnya kesal.

“Tidak ada.” Jawab Je Hyun dengan tatapan killer tertuju pada Hae Bi.

Jin Hye menggeleng pelan. Lalu ia menyadari salah satu anggota mereka sedang diam. Lebih tepatnya termenung. Makanannya saja tak disentuhnya.

“Rae Joonie?” panggil Jin Hye pada sahabatnya yang sedang termenung itu. Rae Joon masih tak sadar. Tatapannya masih kosong kedepan. Ji Hyun yang berada disebelahnya pun menyenggolnya pelan. Barulah Rae Joon sadar dan menatap mereka bingung, “Kenapa kalian menatapku?” tanyanya.

Je Hyun memutarkan bola matanya kesal, “Seharusnya kami yang nanya, kenapa kau termenung?”

Rae Joon mengerjapkan matanya beberapa kali, “Yang benar? Apa aku menung? Kurasa tidak.”

Soo Hyun menghela napas, “Rae Joon-ah, jujur saja, apa kau sedang ada masalah? Kau bisa cerita ke kami kan? Jangan dipendam sendiri.”

Rae Joon menundukkan kepalanya. Dia ingin mengatakannya tapi rasanya tak mungkin. Bukan karena dia tak percaya pada temannya, justru dia sangat percaya, namun dia hanya merasa sulit sekali jika mengatakannya pada mereka. Hae Bi menatapnya intens, “Rae Joon-ah, kalau kau tidak ingin mengatakannya sekarang juga tak masalah. Kami siap mendengarkan kapanpun kau ingin mengatakannya. Tapi jangan menung lagi.” Ujar Hae Bi diselingi dengan nada candaannya.

Rae Joon tersenyum kecil lalu mengangguk. Mereka kembali melanjutkan makan siangnya. Dan Rae Joon berusaha sebisa mungkin agar tak terlalu memikirkan permasalahannya. Dia mencoba bergabung dengan teman-temannya agar tak ada yang tau bahwa dia sedang dijerat masalah.

Sepulang sekolah, terlihat Kris sudah disana menunggu Rae Joon. Rae Joon tersenyum dan menghampiri oppa-nya itu. Ketika hendak masuk mobil, sebuah mobil lain berhenti di dekat mereka, dan menunjukkan sosok Luhan didalamnya. Kris tersenyum menyapa, sedangkan Rae Joon tampak terpaku. Luhan menyadarinya, ia menghampiri mereka berdua dan tersenyum pada Rae Joon juga dengan Kris. Rae Joon membalas senyumannya, meski itu terpaksa sekali.

“Kenapa kesini, Luhan-ah?” tanya Kris.

Luhan tersenyum canggung, “Tadi aku ingin menjemput Rae Joon, tapi ternyata kau sudah menjemputnya.”

Kris tertawa, “Ah iya, aku pikir kau tak bisa menjemputnya, jadi..”

“Maaf, Luhan oppa. Aku sedang terburu-buru. Tao menungguku. Ayo, oppa.” Potong Rae Joon dan langsung menarik Kris segera masuk ke mobil. Luhan terdiam sejenak. Ia hanya bisa memandangi mobil itu melaju setelah terdengar sapaan klakson oleh Kris.

Selama di perjalanan pulang, Rae Joon diam saja dan Kris pun tak mau mengganggu adiknya itu. Keberuntungan berpihak pada Rae Joon, meski yang ucapannya bukan perencanaan, tapi Tao memang menunggunya di depan rumah mereka. Rae Joon tersenyum tipis. Ia langsung turun dan menghambur ke pelukan Tao.

“Rae Joon-ah..” panggil Tao kaget. Bukan hanya Tao yang kaget dengan sikap Rae Joon, tapi juga Kris. Biasanya Tao yang akan menghambur memeluk Rae Joon dan berakhir dengan dilerai oleh Kris. Tapi kini malah kebalikannya.

“Tao-ya, aku merindukanmu.” Ujar Rae Joon yang hanya mengundang senyum manis Tao. Tao membalas pelukan Rae Joon, “Yak! Seharusnya aku yang mengatakan itu kan? Kenapa sekarang jadi kau?” candanya membuat Rae Joon tertawa kecil. Kris pun menghampiri mereka dan Tao langsung bersikap waspada, “Hyung, bukan aku yang memeluknya duluan, jadi kau tak bisa memukulku.”

Mistake Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang