CHAPTER 20

7 1 0
                                        

“Yak! Choi Dae Woong! Aku tidak bisa melepasnya, aku sangat mencintai Luhan. Kenapa kau mau melakukannya? Kenapa kau mau melepasnya?” suara Ah Reum bergetar, menahan emosi.

Dae Woong diam sejenak. Barulah dia berbalik menatap Ah Reum dengan senyuman tipis di wajahnya, “Karna aku mencintainya.” Dengan langkah santai dia keluar dari apartemen Ah Reum. Meninggalkannya sendiri yang berteriak kesal.

Author POV:

Ah Reum menangis, ia menutup wajahnya sambil bergumam kecil, “Aku tak akan melepasnya. Aku tak mau melepasnya.. Luhan-ah..”

Malam pukul 8, kediaman keluarga Wu:

Wu Rae Joon POV:

Bel berbunyi, menandakan ada tamu malam ini. Aku yang sedang malas-malasan di sofa pun beranjak ke pintu. Malam ini aku sendirian dirumah, oppa sudah pergi berkumpul bareng bestfriend-bestfriend nya itu. Kubuka pintu dan sukses membuatku ternganga.

“Dae Woong-ah?” tukasku dan tamu didepanku ini hanya tersenyum.

“Maaf, aku tidak sempat mengabarimu sebelum datang. Aku mau mengajakmu ke suatu tempat.”

Aku memasang wajah lelah, “Tapi aku lelah sekali.”

Dia memasang wajah puppy, “Kumohon.. ya?”

“Baiklah..” aku pun dengan segera mempersiapkan diriku dan mengikutinya entah kemana.

Dae Woong ternyata membawaku ke taman. Udara begitu dingin, dan tak ada apa-apa atau kejutan apapun disini. Dia diam menatap langit, menghiraukanku yang sedang bingung dengan situasi. Tapi kemudian, dia menoleh padaku. Raut wajahnya terlihat serius.

“Apa kau, mencintaiku?”

Aku tersentak dengan pertanyaannya. Tiba-tiba muncul banyak pertanyaan yang sama di pikiranku. Apa aku mencintai Dae Woong? Aku berusaha tertawa, meski tawaku terdengar palsu, "Kenapa?”

Dia bahkan tak tersenyum, “Aku ingin kau menjawabnya, kau mencintaiku?”

Dia mengulang pertanyaan itu lagi. Aku bingung, “Aku..”

“Jika kau mencintaiku, maka ikutlah denganku.” Dia memotong ucapanku. Aku tercengang, aku tak bisa ikut dengannya, “Aku tak memaksamu, kau harus menjawabnya dengan jujur, dari hatimu, bukan dari pikiranmu.” Dae Woong memegang kedua bahuku, berusaha meyakinkanku.

Aku tertunduk, “Aku tak tau..” ucapku jujur. Meski aku tidak ingin menyakitinya, tapi pada akhirnya aku tetap tak bisa membohongi perasaanku.

“Coba kau pikirkan lagi, rasakan. Apa aku membuatmu berdebar? Apa aku membuatmu nyaman? Apa kau menjalani hubungan ini dengan senang? Apa setiap malam kau bahagia jika aku berada di dekatmu?” tanyanya bertubi-tubi.

Aku terdiam. Tidak, kau tidak membuatku berdebar. Tidak juga, aku bahkan merasa canggung. Aku menjalani hubungan ini agar kau tidak merasakan luka seperti yang kurasakan. Tidak, aku tidak bahagia di dekatmu. Aku mendongakkan kepala, ‘apa aku mencintainya?’ tanyaku dalam hati.

Dae Woong tersenyum padaku, “Ini pertanyaan terakhir, dan pikirkan baik-baik sebelum kau menjawabnya. Apa kau memberiku kesempatan karena mencintaiku, atau karena kau tak ingin aku terluka?”

Aku tersentak mendengarnya. Sekarang aku tau jawabannya. Aku sadar, selama ini aku hanya menganggap Dae Woong sebagai teman. Bahkan yang kurasakan padanya adalah rasa iba. Aku tidak mencintainya lagi, itulah jawabannya. Dengan berat aku katakan, “Tidak.. aku tidak mencintaimu lagi.”

Pegangannya di bahuku terlepas. Kupikir dia kecewa, tapi tidak. Dia tersenyum puas, “Akhirnya kau mau mengakuinya. Sekarang, aku akan menyerah darimu. Tapi katakan satu hal, siapa yang kau cintai sebenarnya?”

Mistake Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang