CHAPTER 45

10 2 0
                                    

Author POV:

Matahari pagi sudah terbit. Si kembar Ji Hyun Je Hyun sudah bangun lebih dulu, disusul Rae Joon, Soo Hyun dan Jin Hye. Sedangkan para lelaki bangun lebih awal dari para gadis. Hanya Kai yang masih bergelut dengan kasur empuknya. Oh, jangan lupakan Hae Bi. Gadis itu bahkan tak mau menggubris panggilan kelima sobatnya untuk bangun. Gadis itu tetap saja pada pendiriannya untuk tidur lelap.

“Yak! Hae Bi-ah, bangunlah! Seorang gadis tidur sampai siang itu tidak baik! Yak!” ucap Rae Joon sambil mengguncang tubuh Hae Bi. Dia selaku yang paling tua diantara kelima sobatnya memang harus bertindak seperti seorang kakak, bukan?

“Ah, malas. Aku masih mengantuk. Kalian duluan saja..” gumam Hae Bi bahkan tak mau repot membuka matanya lebih dulu.

“Yak! Ini sudah jam berapa? Kau harus bangun.” Timpal Ji Hyun. Namun Hae Bi masih berkelut dengan selimutnya yang lembut.

Tidak ada yang bisa membangunkan gadis itu. Mereka hampir menyerah, sebelum Je Hyun bertindak. Je Hyun masuk ke toilet dan dia keluar dengan membawa gelas yang berisi air. Tanpa aba-aba ia menyiram Hae Bi tepat di wajahnya.

Hae Bi tersentak. Ia membuka matanya dan memberikan death-glare pada Je Hyun, “Yak! Kau berani menyiramku? Yang benar saja, ini bahkan masih pagi!”
Je Hyun menatap Hae Bi datar, “Ya, karena masih pagi, karena itulah aku menyirammu. Bukannya kalau pagi itu kita mandi kan? Aku membantumu mandi saat ini.”

Hae Bi mengambil gelas itu dengan sentakan, “Tidak perlu! Kau tidak perlu membantuku mandi. Aish!” umpatnya berjalan ke toilet untuk bersiap.

Keempat sobat lainnya terkikik menahan geli, “Yak! Kau benar-benar tidak waras. Menyiram Hae Bi? Untungnya dia tidak membantingmu saat ini juga.” Komen Jin Hye dengan tawanya yang cukup keras.

Soo Hyun mengangguk setuju, “Jika dia benar-benar marah, kau akan dalam bahaya, Je Hyun-ah. Mungkin akan terjadi pembantingan orang disini.”

Lalu mereka semua, kecuali Je Hyun, tertawa begitu keras. Seolah puas menyaksikan tingkah Hae Bi dan Je Hyun. Je Hyun pun ikut tersenyum tipis, “Tenang saja, dia tidak akan pernah membanting salah satu diantara kita.”

Mereka mengerti itu, “Hm, setidaknya ia menyayangi kita berlima.” Tambah Ji Hyun setuju.

Akhirnya keenam gadis sudah siap, dan turun ke ruang makan. Ke sebelas lelaki sudah menunggu mereka dengan wajah sumringah di meja makan yang besar itu. Keenam gadis itu duduk, menyisakan sebuah kursi yang ada, dan akan tetap ada di antara mereka. Itu adalah kursi Chanyeol. Ya, mereka memiliki nama masing-masing di kursi itu. Dan kursi Chanyeol yang kosong itu tidak akan pernah mereka singkirkan. Setidaknya seperti yang Suho katakan saat pertama kali mereka makan di meja itu tanpa Chanyeol : Chanyeol tetap akan menjadi bagian dari kita.

“Wah, sarapan yang sangat menggiurkan.” Gumam Baekhyun, “Chanyeol-ah, kau su-“ kemudian Baekhyun terdiam. Ketika ia menatap ke samping, ia lupa, bahwa kursi di sebelahnya, telah kosong.

Semua orang yang mendengar disana menatap Baekhyun sedih, mereka semua juga sedih. Baekhyun tersenyum tipis, karena kebodohannya, ia membuat semua yang ada disana kembali sedih.

“Yak! Yak! Suasana macam apa ini? Aku hanya kelepasan, maaf. Ayo, waktunya sarapan.” Ucapnya berusaha mencairkan suasana kembali.

Suho kembali memaksakan senyumnya, “Hm, ayo!”

Senyum palsu kembali mereka tunjukkan disana. Baekhyun memejamkan mata dan menunjukkan ekspresi betapa enaknya sarapan mereka, “Luar biasa! Ahjumma benar-benar membuat masakan yang sangat lezat hari ini!”

Yang lain ikut tersenyum karena komentar Baekhyun. Hanya beberapa detik, setelah semua tidak lagi menaruh perhatian pada Baekhyun dan kembali pada sarapannya masing-masing, ekspresi Baekhyun perlahan berubah. Senyumnya memudar sedikit. Ia kembali merindukan sahabat baiknya sejak kecil itu. Baekhyun mengangkat kepalanya dan bertatapan dengan Hae Bi yang ternyata memerhatikannya. Baekhyun kembali memaksakan senyumnya, sedangkan Hae Bi menatapnya datar. Ia tau, lebih dari siapapun, oppa-nya lah yang paling terluka disini. Baekhyun dengan cepat mengalihkan pandangannya pada sarapannya dan berpura-pura lahap memakannya. Padahal, jika saja ia mengangkat kepalanya saat itu juga, maka semua orang akan tau, matanya telah berkaca-kaca, menahan semua cairan bening yang akan keluar.

Mistake Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang