Suasana ruang keluarga yang biasanya penuh dengan canda tawa sekarang rasanya sangat mencekam dengan aura dingin Papa yang mendominasi.
Papa duduk didepan Shin yang sekarang lagu dipeluk mama erat-erat di iringi isak tangisnya padahal Shin baik-baik aja tanpa luka.
Shun dan Sakka duduk ga jauh dari papa sementara Suho bersandar pada dinding dekat pintu dengan wajah dinginnya serta kilatan amarah pada matanya.
Selang beberapa saat dalam keheningan Suho pergi begitu aja.
"Suho?!" -Mama.
"Biar Sakka aja mah" -Sakka.
Sakka keluar nyusulin Suho yang ternyata udah mau masuk mobil sampe Sakka narik lengannya Suho.
"Bang lu mau kemana? Ga baik nyupir dengan keadaan emosi gini"
"Biarin gue sendiri"
Suho nepis tangan Sakka terus masuk kedalam mobil dan pergi begitu aja sementara Sakka naik motornya nyusulin Suho. Dia ga mungkin biarin Suho gitu aja, dia khawatir kalo abangnya itu kenapa-kenapa.
Sementara itu diruang keluarga, akhirnya papa angkat suara dengan suara dinginnya.
"Kenapa kamu selalu aja berantem?" -Papa.
"Pah!! Apa yang Shin lakuin itu adalah hal yang benar. Kakak mana yang ga marah kalo seandainya adiknya disakitin?" -Shin.
"Maksud kamu?" -Papa.
"Boruto bikin nangis Sarada pah" -Shin.
Mama, Shin dan Shun bisa liat rahang papa yang langsung mengeras seolah lagi nahan emosinya sampe akhirnya papa nelpon seseorang lewat ponselnya.
"Kita perlu bicara, ditempat biasa"
Abis ngomong gitu sambungan teleponnya langsung terputus terus Papa langsung pergi gitu aja tapi sempet-sempetnya dia nyium keningnya mama.
.
.
.
Papa masuk kesebuah gedung tua yang didalamnya udah ada Om Naruto dan langsung aja Papa mukul perutnya Om Naruto sampe-sampe Om Naruto muntah darah cuman dengan satu pukulan Papa.
"Ahuk... Ahuukk.."
"Brengsek!!"
"Sial!! M-maksud lo apa?!"
"...."
"Sialan lo Sasuke?! Tadi anak lo mukulin anak gue dan sekarang lo mukulin gue?!!"
"Itu semua karena salah lo?! Shin ga salah mukul anak lo!! Gue ga marah dengan sikap brutalnya karena apa yang di lakukan itu hal yang benar!!"
"Ohh ya? Emangnya apa salah gue hah?!"
"Salah lo adalah lo ga bisa mendidik anak lo untuk ga nyakitin perasaan perempuan!!"
"Apa?! Maksud lo?"
Papa natap Om Naruto sinis terus narik kerah bajunya Om Naruto sampe rasanya Om Naruto kecekik sama kerah bajunya sendiri.
"Boruto bikin anak gue nangis, wajar gue marah!"
Papa dorong Om Naruto sampe Om Naruto jatuh terduduk dilantai gedung yang kotor dengan tanah dan darah Om Naruto sendiri.
"Akh.. Maksud lo?"
"Lo ga tau kan? Kalo anak gue dan anak lo itu saling suka!!"
"Apa!!"
"Lo tu terlalu sibuk dengan semua kerjaan lo Nar sampe lo ga pernah memperhatikan perkembangan anak-anak lo sendiri. Sarada emang ga bilang sama gue kalo dia suka sama Boruto, tapi gue bisa liat pas dia natap Boruto itu beda"
"...."
"Kenapa diem? Lo ga tau harus bilang apakan? Dimana tugas lo sebagai orang tua hah?! Dimana tanggung jawab lo?! Dimana hasil didikan lo?!"
"...."
"Kenyataannya lo ga melakukan tugas lo sebagai orang tua dengan baik, lo ga melaksanakan tanggung jawab lo dan lo ga mendidik anak lo dengan baik. Kalo seandainya lo mendidik Boruto dengan baik mungkin anak gue ga akan nangis gara-gara anak lo?! Yang lo lakuin cuman kerja kerja dan kerja?! Emangnya seberapa banyak cabang perusahaan lo Nar?! Setau gue cabang perusahaan gue juah lebih banyak dari lo tapi kenapa gue selalu punya banyak waktu untuk anak-anak gue?!!"
Oke mungkin itu adalah kalimat terpanjang yang pernah Papa ucapkan dalam hidupnya sementara Om Naruto cuman bisa diam tanpa bisa berkata apa-apa.
•••
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
S-seven [Book 2]
FanfictionKehidupan Sasuke berubah menjadi lebih berwarna setelah dirinya bertemu dengan Sakura hingga hari demi hari mereka lalui bersama dan semuanya semakin indah ketika keduanya memutuskan untuk melanjutkan kejenjang yang lebih serius. Pernikahan, sebuah...