26.

1.3K 44 0
                                    

Happy reading....

🌺🌺🌺

***

       Es batu berbungkus waslap lembut terasa dingin di dahi  memar yang tampak kebiruan, tadi siang belum terlihat, hanya rasa pening dan sedikit nyeri yang di rasakan, namun kini kening putih bersih itu terlihat mengenaskan dengan adanya memar kebiruan itu.

"Iisstt....!!!"desis Agatha, tangannya menyentuh tangan Vanya yang menggenggam kompres yang akan di usapkan ke  kepala Agatha.

"Tahan sayang, sedikit lagi selesai!"Vanya ikut meringis melihat memar di kening putrinya.

"Bunda pelan - pelan!!!"rengek Agatha.

Seorang bocah yang kini duduk dilantai,  di bawah kakaknya mendesis sinis menatap ke arah Agatha.

"Ihh...  manja! , baru ketimpuk bola aja kayak kejatuhan beton, makanya jadi cewek tuh jangan lembek, strong dikit dong! "Kata Gilang, bocah itu kini kembali pada buku di depannya, Vanya yang mendengar ucapan putranya hanya bisa menggeleng.

"Apaan sih Gilang, kalo mau belajar, belajar aja,  nggak usah nyinyir, jadi adik kok jahat banget sih! "Kata Agatha menatap adiknya kesal.

"Serah gue donk, mulut mulut gue, emang pantes muka lo di nyinyirin, lembek sih jadi cewek!" kata Gilang , ia masih tetap menghadap bukunya tanpa melirik kakaknya.

"Gilang jaga bicaramu, bersikap lah sewajarnya, seperti  anak se usiamu!"marah Vanya.

"Ok bunda!"jawab Gilang singkat, kemudian bocah itu melirik kakaknya,bibirnya mencibir menatap kakaknya remeh, lalu kembali pada pekerjaanya.

"Bunda heran sama kamu,  kamu tuh nurun siapa sih, kedua kakakmu sifatnya nggak kayak gitu, perasaan bunda juga nggak pernah nyinyirin orang deh, apa kamu nurun sifat ay-"kata Vanya namun belum sempat ia melanjutkan ucapanya Gilang sudah memotong nya.

"Yang pasti Gilang nggak nurun sifat orang yang udah bikin kakak Gilang pergi! "Kata Gilang.

"Gilang kamu jang-"

"Dan yang pasti Gilang nggak akan pernah mau maafin orang seperti dia! "Lagi lagi bocah itu memotong ucapan yang kali ini adalah  ucapan sang kakak.

Mendengar itu Vanya hanya terdiam,hatinya sakit mendengar ucapan putranya, tapi ia tau putranya jauh lebih sakit, hal apa yang bisa ia lakukan selain diam dan menangis dalam hati, ia hanya harus tegar demi anak dan juga suaminya.

"Gilang!, kamu tau nggak?, kamu bikin buda sed-"

Ting... tong...Ting...Tong...

Ucapan Agatha terhenti ketika bel pintu terdengar, sepertinya di luar sedang ada tamu.

"Biar bunda aja yang buka! ".

"Biar Tata aja bun!"Agatha sudah akan beranjak namun tidak jadi karna bundanya sudah lebih dulu berdiri.

"Udah, biar bunda aja, nanti kamu pusing lagi, Gilang kembali belajar jangan ganggu kakak kamu lagi!"kata Vanya,  kemudian  wanita itu berjalan meninggalkan kedua anaknya menuju pintu depan.

Agatha yang melihat bundanya berlalu, berdehem, untuk mengalihkan perhatian adiknya.

"Gilang, kamu tau nggak, kamu bikin bunda sedih, kakak tau kamu nggak suka sama yanda,  tapi kan kita pernah sepakat, kalo kamu nggak boleh tunjukan itu ke bunda! "Kata Agatha, matanya sedikit berkaca menatap adiknya, sedangkan Gilang hanya menunduk menghindari tatapan kakaknya, ia tau kalau itu salah, ia lepas kendali ketika mendengar perkataan bundanya tadi.

ARGATHA [ SELESAI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang